Advertisement

Responsive Advertisement

Gunung Kencana - Perjalanan Paaaaaaanjang

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Dimanapun kamu berada, kibarkan selalu bendera merah putih dan jiwa nasionalisme!

Karena saya menulis artikel ini saat malam, jadi saya ingin ucapkan selamat malam rekan-rekan pembaca! Cukup lelah mengerjakan tugas Gaya Berat yang digunakan untuk UAS semester ganjil, aku sempatkan istirahat dengan menuliskan pengalamanku. Lagi-lagi, pengalaman menaiki gunung sih. Bukan gunung juga sebenarnya, karena tidak terlalu tinggi hehe. Jadi kali ini gunung yang akan aku ulas adalah Gunung Kencana dengan ketinggian 1.803 mdpl. Gunung ini terletak di Cisarua, Kabupaten Bogor. Kalau mau kesana, kita melewati Jalan Raya Puncak sampai ke dekat Masjid Atta'awun, belok ke kiri. Jadi kita mengarah ke Telaga Warna. Kok jadi sudah cerita aja, oke kita ulas balik mulai awal ya!

Pesan untuk pembaca, aku gak bosan-bosan mengingatkan untuk selalu mencintai alam Indonesia yang indah ini. Kalau tidak bisa memperbaiki, paling gak kita jangan merusak kan? Nah oleh karena itu, kita wajib menjaga alam asri kita. Entah dengan tidak buang sampah sembarangan (hal paling sederhana) maupun hal-hal lainnya. Semangat dalam menjaga alam ya!

- Jum'at, 2 Agustus 2019 -
Tiba-tiba aku diajak oleh Izharu untuk mendaki ke Gunung Kencana. Dia juga ngajak Divy kesana. Dan untuk menemaniku, aku ajak Ditto buat ikut kesana juga. Karena Ditto orang yang selalu luang waktunya (hehe), jadi dia mau untuk ikut naik. Mulailah persiapan di hari itu, mulai dari motor yang minjam ke Septian, peralatan, logistik dan tentunya uang. Alhamdulillah semuanya bisa dipersiapkan dengan baik sehingga tidak ada yang tertinggal. Oiya, tentunya perjalanan ini sudah melewati izin orang tuaku ya (gak tau yang lain hehe)! Ingat pesan sebelumnya, bahwa restu orang tua itu penting! Karena dalam setiap perjalanan kita, terselip do'a orang tua yang selalu berharap anaknya akan pulang dalam keadaan selamat tanpa kurang suatu hal apapun (ushhhhh).

- Sabtu, 3 Agustus 2019 -
Hari keberangkatan. Sore hari kira-kira pukul 16.00 kami berangkat dari Pondok Betung. Perjalanan ke Bogor ditempuh melalui Jalan Jakarta-Bogor yang melewati Ciputat - Sawangan, Depok - Parung dan sampai di Kota Bogor. Kami sampai di Kota Bogor sekitar pukul 6 sore dan dilanjutkan perjalanan menuju Puncak. Perjalanan menuju Puncak ini diwarnai dengan kemacetan yang sangat panjang dari bawah sampai ke atas. Maklum, kami bepergian di akhir minggu. 

Mengingat kami yang belum ibadah, kami berhenti di salah satu pom bensin yang ada disana. Lalu kami melanjutkan perjalanan. Saat kami sudah sampai di jalanan yang lumayan meliuk-liuk, kami berbelok ke arah kiri menuju tempat masuk Telaga Warna. Nah disini kami ditarik retribusi karena kami hendak masuk kawasan wisata (padahal kan kami bukan mau ke Telaga Warnanya). Lumayan juga kami bayarnya. Kami sampai disini kira-kira pada pukul 20.30.

Perjalanan masih jauh! Kami masih harus melalui jalanan bebatuan di tengah-tengah kebun teh yang sangat luas pada malam hari. Jangan kira jalanan ini adalah jalanan yang ramah untuk motor matic kami ya! Jalanan yang kami tempuh sungguh susah. Mulai dari bebatuan yang tidak rata, ada yang besar, kecil dsb, sampai jalanan yang terus menerus naik-turun. Sampai pada suatu titik, aku harus turun dari sepeda motor dikarenakan sepeda motornya sudah tidak kuat menarik mesinnya sendiri untuk menaiki bukit. Perjalanan yang kami tempuh lumayan lama (hampir 1 jam) dengan hanya berbekal GPS dari Google Maps. Sampai pada akhirnya kami sampai di basecamp pada pukul 10 malam.

"Wah ini sudah terlalu larut malam," pikirku. Tapi daripada menunggu pagi lagi, kami lanjut saja naik. Oiya disini, kalian akan ditarik biaya penitipan motor. Dari basecamp kami harus berjalan menuju pos retribusi pembayaran naik ke Gunung Kencana.  Nah disana kami lagi-lagi ditarik retribusi yang juga lumayan mahal menurutku.  Jadi total ada tiga kali pembayaran. Tapi yasudahlah, sudah sampai disini ya dilanjutkan aja lagi. Oiya, jalan dari basecamp menuju pos retribusi ini tidak terlalu jauh dan melewati kebun teh gitu.

Setelah dari pos retribusi, kami mendaki! Jalur disini keren lo. Pengelola membuat tangga kayu hingga ke hampir puncak gunung (kira-kira 3/4 total trek pendakian). Keren kan? Apalagi kalian yang baru mendaki akan sangat terbantu dengan adanya tangga ini. Hal ini mungkin dikarenakan kontur lereng yang sangat miring. Pas diawal pendakian sih ada gerbang yang bilang kalau nama tanjakan ini adalah "Tanjakan Sambalado." Kami bertemu  juga dengan beberapa pendaki lain yang beristirahat ditengah-tengah perjalanan. Tak hanya itu, hampir di puncak, ternyata masih ada anjing penduduk yang berkeliaran.


Jadi keinget Ayu Ting-Ting.

Perjalanan ke puncak memang memakan waktu yang sebentar. Kurang lebih 45 menit kami sudah sampai di puncak yang ramai. Untuk mencari tempat mendirikan tenda saja, kami harus mencari dari ujung ke ujung. Kecil puncaknya sehingga pendaki harus mendirikan tendanya saling berdempetan dan berjejalan. Suara dari tenda sebelah pasti terdengar. Pukul 11.45 kami sudah selesai melaksanakan semuanya termasuk makan dan beres-beres. Tidak terlalu melelahkan untuk naik ke gunung ini. Justru perjalanan menuju basecamp dari Pondok Betung lebih melelahkan dan memakan waktu yang lama. Untuk mengurangi rasa lelah itu, kami tidur akhirnya. 

Memang, pada awalnya tidak terlalu dingin dirasa udara diatas ini. Namun, ketika sudah mencapai pukul 4 pagi, udara menjadi mendadak begitu dingin dan menusuk. Akhirnya aku terbangun dan susah tidur mulai saat itu. Waktu terasa begitu lama untuk sampai ke pagi hari. Sampai akhirnya setelah sholat subuh, sinar matahari mulai ada. Kehangatan mulai menyibak. Kami keluar untuk menikmati pemandangan yang ada di depan kami. Tempat untuk menikmati pemandangan cukup sempit. Di depan kami terlihat kebun teh yang begitu luas dan terlihat juga Gunung Gede dan Pangrango yang menjulang tinggi. Disana aku berandai "Aku sudah ke Gede, kapan aku ke Pangrango?" Jawabannya akan diulas di artikel selanjutnya.


ID Jurnalisku! Dengan latar belakang Gunung Gede dan Pangrango.

Satu bidadari lagi yang berhasil kami antar ke singgasananya.

Pelaku perjalanan kali ini! Dari kiri ke kanan, Dittok, Zaru, Divy dan aku!

Setelah puas menikmati pemandangan yang ada di depan kami, kami menyiapkan sarapan dan mulai beres-beres untuk turun ke basecamp kembali. Pukul 7.30 kami telah selesai melakukan semuanya dan mulai turun. Dalam perjalanan turun aku baru menyadari bahwa seperti ini ternyata trek yang aku lewati tadi malam. Kami sampai 30 menit kemudian di bawah dan mengistirahatkan diri di basecamp. Pukul 9.30, kami memulai perjalanan pulang kami dan kembali melewati jalanan bebatuan yang menyiksa punggung ini. Perjalanan pulang bisa dibilang tidak menyenangkan. Karena kami harus terjebak dalam kemacetan dan kepanasan.


Can you see cute creature there? Dia ngikutin kita selama perjalanan. Hai anjing putih!

Pemandangan kebun teh di area basecamp.

Pemandangan di salah satu kedai yang kami singgahi saat pulang untuk makan siang.
Sisi lain, banyak sampah dibawah kedai ini. Tolong kita jaga sama-sama lingkungan sekitar kita! Pemandangan bagus di Puncak jadi rusak gara-gara hamburan sampah ini. 

Ditengah-tengah perjalanan, tiba-tiba grup Whatsapp kelas kami ramai. Ternyata ada pemadaman listrik di Pondok Betung. Waduh tumben sekali kan ada pemadaman di Jakarta. Saat kami sampai di kos-kosan (kira-kira pukul 14.20-an), listrik masih saja mati. Untungnya sarana air di kosan tidak mengandalkan listrik hehe. Usut punya usut ada permasalahan di PLTU Suralaya kalau tidak salah di Merak, yang menyebabkan listrik dimatikan. Bahkan hingga malam hari, listrik kami masih dimatikan. Aku senang, akhirnya aku merasa berada di Kalimantan walau aku ada di Jakarta (padahal semua teman pada mengeluh).

Nah jadi, begitu pengalamanku mendaki Gunung Kencana. Terus kunjungi blog aku ya untuk dapat membaca pengalaman-pengalaman yang aku tuangkan dalam bentuk tulisan disini. Insyaallah kalau lagi semangat aku akan terus menulis. Tapi terkadang beban kuliah yang sangat berat, tidak menyisakan waktu untuk aku menulis (LEBAY!). Tapi, tetap semangat!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Post a Comment

6 Comments

  1. Replies
    1. Aku tau punggungmu gak bakal kuat untuk ini haha. Cukup badai yang menerjang kita, jangan nambah ke encok lagi wkwk

      Delete
  2. Keep traveling and writing, mal.

    ReplyDelete
  3. Penggunaan waktu pake keterangan, itu 11.45 siang/malam

    ReplyDelete