Advertisement

Responsive Advertisement

02. Study Abroad Academy

       Setelah selesai dengan IELTS pertamaku, aku mendapatkan kabar ada program Talent Scouting oleh Pusdiklat BMKG. Program ini bertujuan untuk menyaring bibit-bibit generasi masa depan BMKG yang ingin melanjutkan kuliah ke jenjang pascasarjana. Program ini meliputi tes dan les IELTS dan pembimbingan kuliah. Tidak tanggung-tanggung, Pusdiklat menggandeng Schoters-nya RuangGuru ke dalam program ini. Harapannya adalah bisa membantu para calon-calon tadi lebih mudah menuju kampus harapannya. Oke, itulah perkenalan singkat dari Talent Scouting (TS - not Taylor Swift) ya. 

Singkat cerita, waktu itu aku belum percaya diri mau mendaftar kuliah (walaupun memang itu cita-citaku) karena usia kerjaku yang masih sangat belia-belum ada satu tahun. Bahkan aku masih bisa dibilang canggung dengan rekan-rekan kerjaku, masa sudah mau cabut aja untuk kuliah? Ya sudah, dalam hatiku, aku masih punya waktu sekitar 1,5 tahun lagi untuk mengupayakan semuanya sebelum masa berlaku sertifikat IELTS-ku habis. Tapi ternyata Allah punya kehendak lain. Waktu itu aku lagi pulang ke rumah dan ditanya oleh Pusdiklat, siapa-siapa saja di PGT yang sudah punya sertifikat IELTS. Pusdiklat hendak meminta kami untuk mencoba daftar di pembukaan beasiswa yang sudah buka diawal tahun 2023, yaitu Fulbright. Akhirnya, kami yang sudah ada IELTS jadi daftar semua dan detailnya akan aku ceritakan di postingan selanjutnya. 

Nah, karena kami diminta untuk ikut seleksi, Pusdiklat memberikan kami jatah untuk mengikuti salah satu rangkaian TS, yaitu Study Abroad Academy (SAA). Program SAA ini adalah program bimbingan persiapan pendaftaran kuliah di luar negeri yang dibagi menjadi tiga jenis layanan, yaitu bimbingan video call, bimbingan chat Telegram, dan revisi dokumen. Masing-masing jenis layanan ini bisa dimanfaatkan sesuka hati kita dan akan memotong jumlah jam bimbingan yang kita punya. Masing-masing peserta SAA ini diberi waktu total 140 jam. Hingga tulisan ini dibuat (13 Maret 2024), jam bimbinganku masih sisa 57, which is quite many dan masa berlakunya adalah selama 1 tahun (bulan depan habis :”)).

Untuk bimbingan video call, bisa digunakan untuk kegiatan simulasi wawancara, tanya-tanya mengenai pendaftaran universitas ataupun beasiswa secara langsung, maupun kegiatan lainnya yang menurut kamu membutuhkan interaksi langsung. Setiap jam bimbingannya akan memotong 2 jam total waktu yang kita punya. Sedangkan bimbingan chat Telegram bisa digunakan untuk tanya-tanya tapi hanya cukup melalui chat. Menurutku sih ini bimbingan yang lumayan tidak efektif karena untuk mengetik itu cukup membuang waktu yang banyak. Tapi, karena preferensi orang ada yang lebih suka hanya lewat chat, jadi ada jenis bimbingan ini. Jangan salah, aku juga sempat menggunakannya berapa kali ketika harus bimbingan, tapi rasanya lelah untuk berbicara dengan orang (introvert alert!).

Jenis layanan terakhir, revisi dokumen, bisa digunakan untuk meminta revisi esai-esai yang akan digunakan dalam pendaftaran kita. Ini bimbingan yang paling sering aku gunakan. Revisi yang diberikan oleh mentor-mentor dari Schoters ini ajib sekali. Karena esai yang aku buat dalam bahasa Inggris, mereka sangat detail dalam mengoreksi grammar yang aku pakai dan juga memberikan saran-saran mengenai parafrase yang bisa membuat esai kita menjadi lebih ciamik. Bagiku ini sangat efektif karena straight to the point. Ketentuan bimbingannya adalah setiap lembar esai yang kita kasih ke mereka, akan mengurangi 1 jam total bimbingan kita. Menjelang penutupan pendaftaran beasiswa maupun universitas, aku menggunakan banyak sekali bimbingan revisi dokumen ini dan aku merasa pelayanan yang mereka berikan sudah cukup memuaskan. 

Hmmm, apa lagi yang bisa aku kenalkan mengenai SAA ini ya? Oiya, kalau beruntung, bisa dapat mentor yang sama terus loh. Jadi bakal lebih nyambung setiap kali bimbingan karena mentor tadi tau perkembangan kita secara kontinu. Aku sendiri beberapa kali dapat bimbingan sama kak Hengky terus dan aku suka dibimbing sama beliau karena bawaannya kalem dan aku yang suka insecure, jadi mudah untuk menguasai diri setiap mendapatkan kritik. Tapi pun, kalau gak dapat mentor yang sama di setiap bimbingan, masih worth banget karena setiap mentor itu sudah berpengalaman sekali dan siap membuat kita untuk melesat dengan baik di pendaftaran kita. 

Secara keseluruhan, Pusdiklat BMKG aku akui cerdas untuk layanan ini karena sangat membantu banyak orang yang ingin kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Ketika aku ceritakan ini ke teman-teman LPDP yang lain juga banyak yang kagum dan heran dengan dukungan yang masif yang diberikan oleh BMKG. Oleh karena itu, buat teman-teman yang masih belum dapat kampus maupun beasiswa, banyak-banyak memanfaatkan fasilitas ini untuk membuka pikiran lewat diskusi maupun ngobrol aja dengan mentor-mentor yang ada di Schoters. Semangat untuk perjuangannya!

Post a Comment

0 Comments