Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh teman teman.
Do you know where it is? |
Selamat pagi semuanya, alhamdulillah bisa bertemu kembali dan kali ini saya kepikiran untuk mengulas sedikit kenangan di tahun 2016 lalu, dimana saya untuk pertama kalinya "muncak". Kebetulan juga hari itu adalah tanggal 17 Agustus, hari kemerdekaan Indonesia. Kami merayakannya dengan berjuang menggapai puncak dari sebuah bukit atau gunung saya juga tidak tahu statusnya sebagai apa. Kegiatan ini adalah kegiatan yang direncanakan sudah dari hari sebelumnya dan ternyata ada 6 orang yang ikut. Yaitu saya, Toni, Muslih, Ragil, Rahmawan dan Daniel. Rencana sudah matang, dan akhirnya hari eksekusi.
Hari-H, saya sangat bersemangat untuk memulai perjalanan ini. Karena ini merupakan pengalaman pertama saya dalam mendaki. Saya berangkat sangat pagi, saat matahari masih berada di balik perbukitan di Pelaihari, kira-kira pukul 6 pagi waktu setempat. Setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam melewati jalan utama Kecamatan Panyipatan, akhirnya saya sampai di rumah yang dijadikan basecamp untuk kumpul kami, yaitu rumah Toni yang terletak di desa Batu Mulya. Saat saya sampai di sana, ternyata saya adalah orang pertama yang sampai dan bahkan saat rumah Toni masih tertutup rapat dan Toni belum bangun -_- . Memang kebiasaan kami kalau pergi, saya selalu jadi yang menunggu. Akhirnya saya dipersilahkan untuk masuk dan menunggu yang lain.
Memang, yang lain juga belum datang hingga 1 jam setelah saya menunggu, tapi akhirnya sekitar jam setengah 9, semuanya sudah datang lengkap. Kami beli logistik untuk kami bawa keatas, dan kami melanjutkan perjalanan menuju kaki bukit. Di kaki bukit, masih belum terlalu jauh dari tempat kami menaruh sepeda motor, ada air terjun dan setelah itu, perjalanan menanjak bukit ini dimulai. Trek yang kami hadapi ternyata lumayan ekstrim, dimana miringnya bukit memang mengerikan. Apalagi kami waktu itu tidak memakai sandal atau sepatu gunung, jadi licinnya tanah terasa sekali sampai tiap kami naik, kami harus menarik ilalang yang ada di depan kami agar bisa naik.
Memang perjalanan naik terasa lebih berat, apalagi dengan beban air yang saya bawa. Namun sekitar 30 menit mendaki, kami telah sampai di puncak 1 Bukit Sapu Angin. Ada beberapa puncak di bukit ini dan puncak yang kami kunjungi ini adalah puncak yang menghadap ke arah timur. Toni sebenarnya mengajak kami untuk ke puncak yang menghadap ke barat agar bisa melihat jalan utama Kecamatan Panyipatan, apa daya saya yang sudah merasa terlampau lelah tidak ingin melanjutkan perjalanan dan kami berakhir duduk-duduk "ngaso" di atas batu besar di puncak 1 ini.
Besar kan batunya? Oh iya, mana saya ya? Kan saya yang fotoin dari bawah xD |
Pemandangan yang disuguhkan indah, hamparan hijau pepohonan dan perkebunan kelapa sawit yang sangat luas didepan kami. Sedangkan pemandangan puncak ini pun tak kalah bagus, karena puncak dari bukit ini adalah padang sabana yang sangat luas dan bisa didirikan untuk kemah. Namun kami memang tidak punya niatan untuk kemah. Sekitar 1 jam kami diatas puncak, sendirian, kami memulai perjalanan turun.
Perjalanan turun ini lebih menyeramkan lagi, karena kami harus melewati tanjakan yang tajam tadi dan licin dengan banyak bebatuan. Kami sangat hati-hati saat turun dan akhirnya sampai juga di daratan yang lebih rata. Kami mampir ke kolam air terjun yang alhamdulillahnya belum kering walau itu musim kemarau. Toni dan Ragil mandi disana. Saya dan yang lain tidak karena kami rumahnya masih jauh dan tidak membawa ganti baju apa apa. Setelah puas mendinginkan badan, kami kembali ke rumah Toni.
Di rumah Toni, kami istirahat dan bertukar foto yang ada di hp masing-masing. Setelah istirahat, kami kembali ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, saya mendapatkan sebuah kejutan yang saya sangat syukuri. Tidak berwujud namun begitu terasa indahnya kejutan ini. Terimakasih, telah menjadikan 17 Agustus ini sangat indah :)
Kerjaan bule, Daniel dan Toni mencari ikan |
Tim anti basah-basahan |
Di rumah Toni, kami istirahat dan bertukar foto yang ada di hp masing-masing. Setelah istirahat, kami kembali ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, saya mendapatkan sebuah kejutan yang saya sangat syukuri. Tidak berwujud namun begitu terasa indahnya kejutan ini. Terimakasih, telah menjadikan 17 Agustus ini sangat indah :)
0 Comments