Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh teman-teman!
Selamat pagi dan semoga semangat selalu menjalani aktivitas keseharian yang kalau saya, kok tambah-tambah berat ya? Hehe. Jangan mengeluh dan biarkan semuanya mengalir,karena ada kalanya nanti sewaktu kita senggang, kita malah kebingungan mencari kerjaan dan kadang malah membuat kita konsumtif menghabiskan banyak uang haha. Oke back to the topic. Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya berkunjung ke rumah teman saya, Yanti yang terletak di Desa Pagatan Besar, Kecamatan Takisung. Jaraknya hanya sekitar 26 km yang mana cukup dekat menurut saya dan dapat ditempuh dengan waktu perjalanan yang tidak lama (kalau di Pelaihari). Beda cerita kalau di Jakarta, jarak 10 km saja kaya sudah jauh sekali.
Pesisir Pagatan Besar |
Rencana ini dimulai pada saat di SMA, Rigel tiba-tiba mengusulkan rencana jalan-jalan tapi masih bingung hendak kemana. Karena dia teringat kalau rumah Yanti itu dekat dengan pantai, akhirnya rumah Yanti lah yang dipilih. Pada hari-H sebenarnya akan ada bau wacana dari rencana ini. Ternyata alhamdulillah bisa di inisiasi dengan tepat waktu, kami berkumpul di Lapangan Tugu Pelaihari. Pada hari itu yang ikut adalah aku, Rigel, Ragil dan Rahmawan. Lalu kami menjemput para cewek-cewek yang mau ikut yaitu Yunita, Eka dan Ayu. Setelah semuanya lengkap, kita berangkat.
Yanti bilang kalau nanti si Della mau ikut sama Elis. Tapi mereka berangkat dari Takisung. Si Della katanya mau bawa ayam potong. Okelah, setelah sampai Takisung kita tunggu mereka dan setelah menunggu selama hampir satu jam, akhirnya Della dan Elis dengan membawa ayam potong yang ditaruh dalam karung telah datang.
Eka menunggu jodohnya datang hihi |
Kira-kira menambah 45 menit perjalanan dari titik pertemuan tadi, kami telah sampai di rumah Yanti. Setelah melewati Pantai Takisung dan pesisir barat Kabupaten Tanah Laut, kami akhirnya sampai di rumah yang ternyata ada di pinggir daratan banjir sungai. Desa Pagatan Besar, tempat Yanti tinggal ini termasuk desa yang tidak terlalu ramai menurut saya dan masih asri sekali. Atmosfir pantai disini kental sekali karena di pinggir jalan banyak sekali orang yang menjemur ikan. Banyak jaring-jaring nelayan untuk melaut yang digelar di pinggir-pinggir jalan, kotak-kotak untuk menaruh ikan juga. Nah ayah Yanti sendiri, ternyata juga seorang pelaut. Beliau mempunyai kapal yang biasa digunakan untuk melaut bareng-bareng dengan orang-orang di desa sana. Kata Yanti sih sekali melaut bisa lama banget, 2 minggu atau mungkin lebih, tergantung banyak enggaknya dapatnya mungkin ya .
Samapai di rumah Yanti, kami istirahat sejenak. Setelah cukup, kami mulai acara kami, yaitu masak-masak. Kami mulai melepasi (?) bulu-bulu ayam yang sudah dipotong itu, lalu kami membakar dan menggoreng tempe, tahu dan ikan. Porsi yang kami dapatkan setelah masak-masak ternyata sangat besar, bahkan satu orang bisa mendapatkan dua paha ayam, satu ikan dan banyak tempe tahu. Entah kenapa kami beli bahan sangat banyak seperti ini. Tapi apa boleh buat, kami harus bertanggung jawab atas perbuatan kami, hahaha, yakni dengan menghabiskan masakan yang kami masak.
Berfoto bersama di pinggir pesisir Pagatan Besar |
Setelah setengah jam terus mencoba untuk menghabiskan, ternyata kami tak kuat lagi. Dengan sisa yang masih banyak, kami mencoba untuk membungkus sisa-sisa tersebut untuk dibawa ke rumah. Nah kami langsung lanjut ke acara selanjutnya, berkunjung ke pantai. Kami dibawa oleh Yanti ke pesisir yang ada di dekat rumah neneknya. Pesisir yang sangat tenang ombaknya, namun airnya berwarna coklat karena dekat dengan muara sungai Tabanio. Disini juga ada sedikit pohon bakau dan banyak sekali ilalang. Kami disini merasa kepanasan karena tidak ada pepohonan yang cukup memadai untuk dibuat sebagai tempat berteduh. Bahkan Rahmawan terpaksa harus meneduh karena sudah tidak kuat dengan panasnya.
Habis makan banyak, nurunin muatan di perut dengan menarik perahu. Dasar bule. |
Setelah menghabiskan waktu selama sekitar setengah jam disana, kami kembali ke rumah Yanti untuk beres-beres dan melanjutkan perjalanan pulang. Karena hari sudah cukup sore. Disini saat pulang, kami mampir dulu ke wisata primadona orang-orang Pelaihari, Pantai Takisung. Waktu itu, pantainya sangat sepi karena memang bukan hari akhir pekan. Sehingga kami bisa puas menikmati pantainya. Kami berfoto-foto dan menikmati pantai kurang lebih selama setengah jam saja, karena kami lihat dari arah timur, awan gelap menghadang kami, jadi kami segera pulang agar tidak kehujanan. Benar saja, kami ditengah perjalanan pulang kehujanan.
Pantai Takisung |
Perjalanan hari ini adalah perjalanan yang bisa dibilang jauh pertama kali saya tanpa orang tua, hanya bersama teman-teman. Saya merasakan sesuatu yang berbeda dan pengalaman pertama pergi tidak bersama orang tua, dan ternyata juga sangat menyenangkan!
0 Comments