Hari ini hari Jum’at, kita akan melanjutkan cerita ke hari ketiga. Dimana ini adalah hari yang penuh drama dan melelahkan sekali. Kenapa? Simak ceritanya sampai habis.
Foto Kelompok 1 sebelum berangkat beserta gebog alat
-- Rabu, 12
Februari 2020 --
Pagi hari,
seperti biasa, rutinitas pagi dari bangun tidur, mandi, sholat, persiapan
barang, dan berangkat ke guest house dilakukan oleh para taruna. Hari
ini adalah hari pertama kelompok 1 melaksanakan pengamatan di lapangan. Jadwalnya
adalah pengamatan alias praktik penggunaan alat geolistrik resistivitas.
Resistivitas ini adalah metode untuk melihat susunan tanah dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan tanah berupa resistivitas
(tahanan jenis). Percayalah, ini adalah survei dengan alat paling rempong di
serangkaian acara PKL kami haha.
Taruni yang minta difoto katanya
Sesampainya di guest
house, seperti biasa kami sarapan terlebih dahulu, cek alat kembali, dan
memastikan daerah-daerah survei yang akan kami gunakan. Setelah itu, kami mulai
berangkat masing-masing bersama pembina yang mendampingi. Waktu itu, pembina
yang akan mendampingi kami belum datang, tapi waktu sudah cukup siang, jadi
kami berangkat terlebih dahulu. Alat-alat pengamatan ini kami masukkan kedalam pregio
untuk selanjutnya dibawa menuju lokasi pengamatan. Kenapa kali ini pakai
pregio, sedangkan di hari sebelumnya dibawa dengan berjalan? Ini berdasarkan
pengalaman ternyata bawa alat-alat itu sangat menyusahkan, sehingga di hari ini
diantarkan menggunakan pregio.
Oke kami semua naik ke pregio dan melanjutkan pengukuran kemarin. Jadi letak titik pengukurannya ini ada di bagian atas gawir sesar Lembang (di bagian foot wall-nya). Kalau yang kemarin itu dibagian bawah. Nah setelah kami sampai di tempat, kami menunggu terlebih dahulu di pinggir jalan karena kami perlu minta izin untuk melaksanakan pengukuran terlebih dahulu ke pemilik kebun. Nah, ingat selalu bahwa izin ini penting ya! Biar gak dikira aneh-aneh sama penduduk setempat. Selain itu, karena lokasi kami pengukuran adalah kebun cabe, maka dari itu kami perlu izin ke pemiliknya.
Setelah
diizinkan, kami masuk ke kebun dengan segebog peralatan. Pertama, kami membuat basecamp
untuk menaruh barang bawaan kami. Karena gak mungkin kan kami sambil bawa
barang-barang kaya makanan, laptop dsb. Kami menggelar flysheet untuk alas kami. Setelah selesai, kami mulai melihat-lihat medan,
mana tempat yang memungkinkan untuk dilaksanakan pengukuran. Akhirnya setelah
dilihat mana tempat yang mungkin, kami mulai mengukur jarak lintasan dengan
membentangkan meteran. Karena pengukuran resistivitas ini menggunakan elektroda
dengan jarak tertentu, kami menaruh elektroda di tiap jarak yang sudah
ditentukan, yaitu per 3 meter. Oiya, tak lama dari sini, akhirnya datang Pak Sandy selaku pembina yang mendampingi kami hari itu.
Basecamp pengukuran hari ini, terbuat dari flysheet dan payung
Setelah jarak
yang ditentukan sudah pas, kami mulai menancapkan elektroda ke tanah. Halangan
pada saat menancapkan ini adalah, terkadang ada tanah yang terlalu lunak
sehingga elektroda tidak bisa menancap dengan “mantep” di tanah. Kalau ketemu
kaya gitu, elektrodanya tinggal di pindah ke lokasi sekitar yang tanahnya lebih
kompak. Setelah semua elektroda terpasang, sekarang giliran menghubungkan
elektroda ke terminal menggunakan kabel. Nah kabel-kabel ini yang rempongnya
minta ampun haha. Kami harus membentangkan kabel dari elektroda ke terminal
yang terletak di basecamp kami yang cukup jauh. Hal ini
dilakukan untuk semua elektroda yang berjumlah 16 tadi. Ini adalah tahapan paling
lama dan bikin kita bakal gerak banget.
Tahapan mengukur lintasan untuk menancapkan elektroda |
Setelah tahapan
perkabel-an tadi selesai, sekarang saatnya ngetes, apakah elektroda yang sudah
ditancapkan, siap untuk melakukan pengukuran? Caranya adalah dengan menggunakan
perangkat lunak di laptop yang sudah disiapkan. Kita tes satu persatu, apakah listrik sudah bisa tertransmisi ke elektroda tersebut? Jika
ada elektroda yang masih belum bisa mentransmisikan listrik, maka perlu dicek
tiga hal. Pertama, apakah elektroda tersebut sudah menancap dengan benar?
Kedua, apakah kabel sudah terhubung dengan baik ke elektroda? Ketiga, apakah
kabel sudah terhubung dengan baik ke terminal. Kalau ketiganya sudah benar,
insyaallah tidak akan ada permasalahan.
Kami sendiri,
mengalami kendala pada beberapa elektroda. Setelah kami perbaiki dengan tiga
petunjuk tadi, akhirnya semua elektroda berhasil mentransmisi listrik. Setelah
itu, waktunya pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan operasi melalui perangkat
lunak. Pengukuran kira-kira memakan waktu 10 menit dan kita hanya tinggal
menunggu, melihat laptop, dan enggak perlu gerak. Setelah semua data didapatkan, kita
tinggal menyimpan data dan membereskan alatnya. Yup, benar, segala bentuk
persiapan yang rempong itu hanya untuk melaksanakan pengukuran dengan lama 10
menit (ironi, tertawalah).
Oke, karena di
lintasan ini sudah selesai, akhirnya kami lanjut ke lintasan kedua. Lintasan
kedua lebih masuk lagi ke dalam kebun. Nah, berhubung waktu sudah menunjukkan
tengah hari dan waktunya ibadah Dzuhur, kami jeda dulu pengukuran untuk
melaksanakan sholat. Kami sholat di perumahan warga yang ada di dekat sana.
Musola kecil yang enak banget suasananya. Air wudhunya dingin. Selepas
sholat, kami kembali ke tempat pengukuran tapi beli jajan terlebih dahulu buat cuci mulut. Setelah itu kami balik ke tempat pengukuran.
Langit Lembang siang itu, cerah dan terik sekali |
Saat di tempat
pengukuran, kami berbagi camilan tadi dengan yang lain. Kami juga makan siang
terlebih dahulu sebelum melaksanakan pengukuran. Setelah makan siang dengan
lauk yang wow (aku lupa lauk apa, cuma ingat wow-nya aja), kami lanjut menuju
lintasan pengukuran selanjutnya. Sama seperti sebelumnya, kami melakukan
persiapan seperti di lintasan sebelumnya. Bedanya, saat kami melakukan tes
elektroda, beberapa elektroda ada yang error. Setelah kami perbaiki,
elektroda tersebut tidak bermasalah lagi, tapi masalahnya ganti ke elektroda lain.
Selepas itu, kami perbaiki lagi elektroda yang masih bermasalah. Setelah aman,
ternyata ada lagi elektroda yang masih error. Error ini
terus-terusan terjadi hingga 1 jam kami masih berkutat dengan error ini.
Inilah momen saat kami mengalami error pengukuran dan tepat di siang hari, Pak Sandy tapi tetap setia menemani gais |
Karena kami
putus asa, kepanasan, akhirnya kami coba buka modul pengukuran ini. Hal ini juga atas saran dari Pak Sandy yang setia menemani kami berkutat dengan error ini, bahkan di tengah hari ketika matahari sedang terik-teriknya. Modul ini maksudnya adalah salah satu alat untuk pengukuran ya, bukan buku panduan. Setelah kami otak atik, kami
masih gak dapet kira-kira ini salahnya karena apa. Pada akhirnya, kami
menggunakan cara manual. Kami pindah-pindah letak kabel penghubung di modul
pengukurannya. Cara ini memakan waktu hampir 1,5 jam dan kami selesai di lintasan
kedua kira-kira pukul 4 sore.
Walau lagi stress karena error, jangan lupa tetap bahagia! |
Target awal
kami, adalah melaksanakan pengukuran di 3 lintasan. Awalnya kami ragu dengan
waktu kami yang sudah sampai jam 4 sore. Tapi karena tanggung, akhirnya kami tetap
nekat melaksanakan. Satu lintasan terakhir ini letaknya melintang, melewati
kedua lintasan sebelumnya. Perihal pasang memasang alat segera kami laksanakan
dan anehnya, pengukuran terakhir ini, tidak mengalami kendala seperti
sebelumnya! Pengukuran lancar, gak seperti sebelumnya dimana kami harus susah
payah ngebuka modul hedeh. Akhirnya, kurang dari 1 jam, pengukuran ini dapat
kami selesaikan.
Semakin sore,
setelah kami selesai melaksanakan pengukuran, kami akhirnya packing
barang dan tarunanya mulai menunggu jemputan, sementara taruni yang tidak sabar
pulang, berjalan terlebih dahulu. Langit mulai menghitam, tanda hari akan
hujan. Setelah pregio kami datang, kami masuk, dan pas setelah itu akhirnya hujan turun. Setengah
enam, kami sampai di basecamp. Setelah itu, rutinitas membersihkan diri,
mengerjakan laporan mulai dilaksanakan. Oiya, waktu di basecamp inilah baru kerasa perihnya kulit habis terkena terik matahari seharian pas pengukuran tadi. Apalagi bagian tengkuk leher, sakit banget. Rasanya dipakein baju aja sampai sakit.
Ba’da Isya,
setelah kami selesai melaksanakan makan malam, kami melaksanakan presentasi.
Presentasi malam itu, cukup asik, karena kami menceritakan permasalahan unik
kami yang ternyata, di hari-hari selanjutnya, kelompok lain tidak mengalami hal
itu hahaha. Seperti biasanya, presentasi selesai larut malam, dosen diantar
kembali ke hotel. Kami briefing lagi sejenak, setelah itu kembali ke
peraduan masing-masing. Kembali, 17 taruna berjejal, berdesakan, di pregio
kecil menuju pondoknya. Selamat malam Lembang, another day full of joy has
passed and we will be ready for the next morning.
Today's cover |
0 Comments