Alhamdulillah bisa kembali menulis. Sudah lama aku gak nyentuh folder tulisanku karena berbagai kesibukan di perkuliahan. Gak nyangka, ternyata walaupun sekarang sistemnya daring, kesibukannya gak berkurang, justru tetap atau mungkin nambah. Gak papa, nikmati aja semua proses di masa kuliah dan kita lanjut cerita.
-- Kamis, 13
Februari 2020 --
Hari baru
dimulai. Rutinitas ‘the boys’ kembali dimulai dengan bergantian mandi,
sholat, menyiapkan barang bawaan, kumpul sejenak, naik pregio, lalu berangkat
ke penginapan atau guest house para taruni. Hari ini, jadwal berjalan
seperti biasa, hanya saja ada informasi bahwa tiga pembina baru datang
hari ini. Pembina tersebut adalah Bu Ayu, Bu Andini, dan Pak Iman. Jadwal kami
hari ini adalah pengukuran mikrotremor di beberapa titik yang sudah
ditetapkan. Pengukuran mikrotremor ini difasilitasi dengan supir dari Stageof Bandung + pregio dari
kampus karena memang titik pengukuran yang dituju lumayan jauh-jauh jaraknya. Kami
hari ini kebagian untuk mengukur di beberapa tempat yaitu Floating Market Lembang,
rumah dinas BMKG di Barulaksana, Sespimpolri, Kantor Desa Kayu Ambon, dan SMAN
1 Lembang. Oke, karena semuanya sudah siap, kita mulai saja pengukurannya!
Kami menuju
lokasi pertama, di tempat wisata, yaitu Floating Market Lembang. Lokasi
ini masih tidak terlalu jauh dari basecamp kami. Mungkin hanya berjarak
1,5 km. Sesampainya disana, kami berizin terlebih dahulu, lalu mencari lokasi
yang agak sepi untuk menaruh sensor dan mendapatkan data mikrotremor. Setelah
mendapatkannya, kami pasang alat dan kami biarkan alat untuk merekam. Perekaman
kurang lebih dilakukan selama 40 menit. Nah, selama 40 menit menunggu, aku dan
Maryam pergi beli jajan di SD yang ada di dekat sana. Bener-bener senang liat
jajanan SD disana, terasa jadi anak kecil lagi hehe, hunting ini itu,
beli ini itu, buat dibawa ke teman-teman yang masih melakukan pengukuran.
Pengukuran di Floating Market Lembang
Setelah selesai
berburu makanan, kami kembali dan memberikan hasil perburuan ke teman-teman
untuk lalu dimakan bersama. Inilah yang menyebabkan PKL kami ini terasa beneran
kaya piknik. Karena kami bisa bersantai-santai (ya walaupun ada masa ribetnya), tapi ribetnya pun enak, karena suasananya beda (maksudnya gak di Pondok Betung). Oiya aku sampai lupa, pengukuran
mikrotremor ini diasisteni oleh dua pegawai dari Stageof Bandung.
Alhamdulillah dikasih bantuan dan kedua pembina ini baik-baik banget mau
nemenin kami. Tapi, mereka bisa menemani kami cuma sampai tengah hari, karena
harus lanjut bekerja. Tidak apa-apa, toh juga memang kewajiban kami harus
mandiri dalam melaksanakan survei ini. Oke, waktu habis, saatnya packing alat
lagi dan menuju lokasi kedua.
Lokasi kedua
kami ini sebenarnya di Puskesmas Jayagiri. Namun, karena yang namanya puskesmas
pasti ramai di waktu kerja, kita pindah ke rumah dinas BMKG yang ada di dekat
sana, yakni di Jl. Barulaksana. Rumah dinas ini kalau tidak salah terdiri atas
tiga buah rumah dan tidak ada yang ditempati sayangnya. Jadi rumah kosong
beserta halaman yang cukup luas menurutku. Nah, kami melakukan pengukuran di
bagian belakang lahan ini, dimana lokasi ini tidak dekat dengan jalan dan bisa
melakukan pengukuran dengan aman. Oke kami pasang alat dan tiba-tiba, kami baru
dapat kabar kalau pembina baru, Bu Ayu, Bu Andini, dan Pak Iman sudah datang di
hotel. Karena kami yang membawa pregio kampus, akhirnya kami ditugaskan untuk
menjemput para pembina ini menuju lokasi pengukuran kami. Akhirnya, aku yang
ditugaskan untuk menjemput, bersama supir dan pregio kampus.
Saat kami melakukan pengukuran di rumdin BMKG di Barulaksana
Itu loh yang namanya TDS, mirip LPG kan?
Kami langsung berangkat
menuju hotel. Sesampainya di hotel, ternyata ibunya sudah menunggu di luar
hotel, sehingga tidak perlu waktu lama, kami langsung cabut lagi. Kebetulan
juga Bu Ayu memilih untuk ikut kami yang pengukuran mikrotremor. Jadi, aku
berangkat lagi ke lokasi pengukuran kami. Sesampainya di lokasi, ternyata
pengukuran sudah hampir selesai, seiring dengan datangnya awan hitam pekat yang
menandakan akan turun hujan. Untungnya, tidak sempat hujan, kami langsung packing
barang kembali untuk menuju lokasi pengukuran selanjutnya.
Oke kita ke
lokasi selanjutnya yang berada di Sespimpolri. Sespimpolri ini adalah akronim
dari Sekolah Pimpinan Polisi Republik Indonesia. Gak mungkin kan kita
melaksanakan pengukuran di dalam area sekolahnya, karena pasti ribet butuh surat dan sebagainya. Jadi
kami melaskanakannya di lapangan yang ada didepannya dan kebetulan juga merupakan
simpang/ belokan jalan gitu. Kami set up tempat kami akan menunggu pengukuran dan saat
alat sudah mau dipasang, tiba-tiba ada bapak-bapak datang. Bapak ini menanyakan
ini mau ngapain, apakah nanti ngerusak lapangan atau enggak. Lalu Bu Ayu menjelaskan
tujuan kami yaitu mau tau jenis tanah disini seperti apa. Alhamdulillah
bapaknya bisa mengerti dan membolehkan kami untuk melanjutkan pengukuran. Bapak
tadi bukan pemilik lahan lapangan ini, tapi penjaganya. Memang sih, alat yang namanya TDS ini bagi orang yang gak tahu soalnya keliatan kaya bom atau LPG kali ya, salah-salah dikira orang kita mau buat ledakan entar hehe.
Ini adalah momen saat kami menjelaskan tujuan pengukuran kepada masyarakat lokal
Basecamp kami di lapangan depan Sespimpolri Pengukuran di tengah lapangan
Selepas kami
selesai memasang, mulai lagi deh gak ada kerjaan. Karena sudah memasuki waktu
dzuhur, akhirnya kami sholat. Kami numpang sholat di Sespimpol. Bergantian
antara cowok dan ceweknya. Masjid Sespimpol bagus sekali, besar dalamnya dan
sejuk. Mungkin karena letaknya juga di daerah dataran tinggi ya. Awalnya,
kami mau melaksanakan makan siang disini, tapi tanggung rasanya. Karena
pengukuran tinggal kira-kira 10 menit lagi. Akhirnya kami tunda hingga ke
tempat pengukuran selanjutnya. Saat kami benar, benar selesai, kami kemas
kembali semua keperluan untuk survei dan kami lanjut ke lokasi selanjutnya,
yaitu Balai Desa Kayuambon.
Tapi, setelah
dilihat-lihat, balai desa ini tempat yang ramai sekali. Tidak mungkin kami
melakukan pengukuran disana kan. Akhirnya kami ambil alternatif untuk mengukur
di halaman rumah orang yang cukup luas dan terletak di seberang balai desa
tadi. Rumah orang ini terlihat kosong, tapi setelah kami panggil-panggil, ternyata
ada orangnya. Kami meminta izin untuk melaksanakan pengukuran disana dan syukurnya diperbolehkan. Kami atur kembali pemasangan alat dan setelah selesai, kami
menggelar flysheet.
Makan siang di halaman rumah orang hehe
Untuk apa? Untuk
makan dong hehehe. Kami makan bersama disini, di tengah halaman orang yang
penuh dengan rumput, pemandangannya indah, dan udara yang sejuk. Asyik sekali, serasa
tidak ada gap antara kami dan pembina yang mendampingi hari itu, kami
sama-sama makan dibawah langit biru yang tak bertahan lama. Yap, tidak seberapa
lama setelah kami makan dan beres-beres, tiba-tiba mendung. Parahnya lagi,
titik air gerimis ikut turun setelah itu. Sedangkan pengukuran kami belum
selesai, masih ada 15 atau 10 menit lagi. Akhirnya kami ambil jalan keluar
untuk menutupi sensornya dengan flysheet tadi. Hal yang sama juga kami lakukan
ke digitizer. Kami terobos hujan ringan saat itu dan saat waktu survei
sudah cukup, kami segera membereskan. Pertama, kami lepaskan kabel konektor dan
kami jaga agar port nya tidak basah, lalu kami bawa ke tempat berteduh.
Hal yang sama kami lakukan juga untuk digitizer. Lalu saat membawa sensor, aku
yang membawa dan ditutupin pakai flysheet agar tidak kebasahan sampai di
tempat berteduh.
This is how to bring back TDS safety during rain
Saat di tempat
berteduh, kami segera membersihkan semua alat. Bu Ayu menyuruh kami agar
benar-benar membersihkan alat ini hingga kering agar nantinya, tidak terdapat
karat pada alat. Apalagi kalau sampai seismometernya berkarat, bisa mampus kami
hihi. Setelah kami yakin semuanya kering, kami kemas kembali alat-alat tadi dan
tak lama, hujannya selesai. Kami segera jalan ke lokasi selanjutnya, yaitu,
SMAN 1 Lembang.
Perjalanan
menuju SMA ini tidak lama. Paling 10 menit, kami sudah sampai. Ternyata disini
malah tidak hujan sama sekali (tadi hanya hujan lokal hehe). Waktu kami sampai,
kami menanyakan perihal apakah kami diizinkan dan kami memberi surat pengantar
kami waktu itu. Setelah kami diizinkan, kami segera mengambil tempat yang
kira-kira aman dan cukup luas, serta jauh dari gangguan. Kami mengambil tempat
di lapangan yang ada di bagian belakang sekolah. Tempat ini cukup kondusif
dibanding tempat lainnya, walaupun ada anak main basket kira-kira 50 meter dari
tempat kami melakukan pengukuran.
Momen saat kami menjelaskan tujuan pengukuran di SMAN 1 Lembang
Oiya kejadian
lucu saat di SMA begini. Jadi waktu itu kan waktu pulang sekolah, agak
banyak anak-anak sekolah lewat. Untuk menghindari noise perekaman, kami berjaga
di sekitar seismometer kami. Kalau ada yang mau lewat, kami suruh pelan-pelan,
kaya berjinjit gitu, jangan terlalu keras kaya jalan biasa ahahaha. Mohon maaf
ya adik-adik, kalau kalian nanti masuk di STMKG pasti ngerti kok tujuannya ini
apa hahaha. Setelah 35 menit pengukuran, dan karena waktu dirasa sudah terlalu
larut (pukul 16.30-an), kami akhirnya menyelesaikan pengukuran disana dan
bertolak balik ke basecamp.
Saat di basecamp,
kami menyelesaikan pengolahan data dan membuat interpretasi dari hasil
pengukuran kami. Semua hasil pengukuran cukup baik, terlihat dari interpretasi
yang kami lakukan sudah sesuai dengan kondisi nyata yang kami lihat di
lapangan. Tapi, benar saja, data di SMAN 1 Lembang jelek karena ada derau
akibat pemain basket tadi. Ternyata getaran dari basket itu terasa oleh sensor
dan menyebabkan data tadi tidak bisa kita interpretasi. Akhirnya data tadi
tidak kita pakai dan hanya kami tampilkan kenapa menurut kami datanya jelek
pada saat presentasi. Seperti biasa, presentasi selesai kira-kira pukul 11.00
malam. Setelah itu, kami briefing untuk esok hari, Bintang memberi
arahan umum dan aku memberi arahan teknis. Setelah semuanya selesai, kami para
cowok kembali ke penginapan dan para cewek sudah mulai tidur di kamar
masing-masing.
Good night ladies and gentlemen of Georanger 53, may our love be endless.
(kata kata penutup macam apa ini?)
Bonus nih, foto Kang Sule ganteng minta difoto lagi bawa sensor
0 Comments