Kali ini aku nulis di sela-sela waktu sebelum kuliah. Oiya sekarang aku sudah masuk tahap proposal skripsi dan artikel ini masih belum selesai-selesai aja. Lama banget ya, emang aku progress-nya lama guys. Semoga sebelum akhir tahun sudah bisa kelar deh. (Eh ternyata postingnya malah setelah tahun baru)
-- Jum’at, 14
Februari 2020 --
Alhamdulillah
masih diberi kelancaran sejauh ini. Sekarang sudah hari Jum’at, 2 hari terakhir dalam rangkaian PKL kita. Jadwal hari ini masih sama seperti sebelumnya, sesuai pembagian.
Kelompok 1 hari ini mendapatkan bagian untuk survei magnet dan gaya berat.
Waduh ini agak berat karena dua metode langsung. Tapi percayalah, ini masih
jauh lebih ringan dibanding hari Rabu kemarin, ketika kami melakukan pengukuran
tahanan listrik (resistivitas). Wkwkw kok jadi spoiler, yaudah kita lanjut ya.
Pemandangan di hari kelima PKL kami, indah sekali
Alarm berbunyi,
tandanya aku harus mengakhiri tidur 3 jam ku ini. Karena ini sudah masuk di
hari-hari akhir, kami sudah hafal dengan pola PKL dan kami sekarang sudah
terbiasa bangun pagi, bergantian mandi, lalu siap-siap untuk menuju guest
house. Kali ini jadwalnya agak beda, kami membatasi kegiatan hingga sebelum
sholat Jum’at saja. Setelah sholat dapat digunakan untuk istirahat dan mempersiapkan
presentasi. Kebijakan ini diambil karena kami masih ada acara hingga larut
malam.
Seperti biasa, kita cek alat, cek kelengkapan, cek kesiapan kelompok. Setelah dirasa lengkap, kita siap-siap untuk berangkat. Pengukuran magnet dan gaya berat ini meliputi area yang luas dengan banyak titik pengukuran. Mobilitas hari ini akan sangat tinggi. Kami juga ditemani oleh Pak Teguh selaku penanggung jawab alat gravimeter milik BMKG. Alat ini mahal sekali, sehingga harus dijaga oleh penanggung jawab dari BMKG (seperti yang sudah aku jelaskan di Hari Pertama ya). Pak Teguh orangnya baik sekali, asik diajak ngomong, dan sabar. Frekuensinya hampir sama kaya kami, tapi kami pastinya tetap menjaga kesopanan.
Hampir saja lupa, ini adalah saat kami menaruh magnetometer di depan Pos Observasi sebagai stasiun tetap
Foto bersama sebelum berangkat survei! |
Oke kita berangkat! Kami berjalan dari guest house menuju tempat pengukuran yang terletak di kebun kentang di belakang tempat kami melakukan pengukuran tahanan listrik (resistivitas) kemarin. Kalo kemarin kami baru di bagian kebun cabenya, sekarang kami di kebun kentangnya yang baru saja dipanen. Masih ada sisa-sisa kentang di tanah yang sebenarnya kalo dibolehkan ngambil, kayanya ada yang mau ambil nih xixi. Tapi kita disini cuma mau melaksanakan pengukuran, sehingga kita fokus ke tujuan. Peran kami sekelompok kali ini beragam. Aku sebagai pembawa gravimeter, Hilmi sebagai pembawa magnetometer, Fajri dan Ardi sebagai navigator yang menebas semak-semak dan mencari titik pengukuran dengan GPS serta jalan menuju titik pengukuran, Maryam yang mencatat hasil pengukuran gravimeter, Emi yang mencatat hasil pengukuran magnetometer, Mbak Gita sama Rainy ngapain ya? Lupa aku, kayanya sih yang pegang HT untuk koordinasi haha.
Me as survey operators |
Ini loh yang namanya gravimeter dengan harga setinggi langit, bisa buat beli mobil bahkan |
Maryam as operator, di belakangku, ada Pak Teguh
Sesuai dengan
peran, Ardi dan Fajri selalu yang duluan jalan agar pengukuran selalu kontinu, gak perlu cari-cari titik setiap mau pindah tempat.
Nanti Fajri akan memberikan titik lokasi ke Rainy dan mereka lanjut mencari
titik selanjutnya. Pengukuran ini dilakukan bergantian. Graviti melakukan
pengukuran duluan, lalu magnet. Pak Teguh selalu setia menemani kami, mengajari
cara memakainya dan menyimpannya ke dalam tas. Alat gravimeter setiap berpindah
tempat harus dikeluarkan dan dimasukkan kedalam tas. Cara memasukkan dan
mengeluarkannya ini harus pelan-pelan sekali agar tidak ada goresan dan tidak
jatuh. Membawanya setiap mau ganti tempat juga harus hati-hati banget. Jangan
sampai jatuh, apalagi menggelinding haha. Karena alatnya harga miliaran haha.
Titik
pertama pengukuran terletak di dekat orang-orang yang lagi "ngaso" habis panen kentang. Sayangnya panennya
sudah selesai dilaksanakan, kita gak bisa bantu-bantu gitu kan (sok rajin). Setelah
graviti selesai, graviti pindah ke titik selanjutnya dan magnet gantian
melakukan pengukuran di titik tadi. Kalau graviti agak ribet pengukurannya,
karena harus ngukur kelurusan alat dulu, terus harus diam dsb. Belum lagi
mengeluarkan dan memasukkan alatnya. Kalau magnet enak, karena magnet langsung
dipakai aja, tinggal orientasinya diluruskan sama utara magnetik aja.
Medan pengukuran kami, yup semak-semak kebanyakan. Itu ada Kang Hilmi, warlok pembawa magnetometer
Titik pengukuran
selanjutnya ada di tempat yang lebih tinggi dari titik sebelumnya. Titik selanjutnya juga sama. Sampai kami akhirnya sampai di kebun tempat kami
melakukan pengukuran tahanan listrik kemarin. Setelah ini, adalah titik-titik
yang lumayan ekstrim. Titik selanjutnya menunjukkan bahwa letaknya ada di
lereng bukit. Lereng ini sangat curam dan merupakan gawir sesar Lembang.
Mungkin kemiringan 75 derajat ya. Kita dengan segala alat yang ada di badan
kita harus menuruni gawir sesar ini. Gawir sesar ini dipenuhi dengan
pohon-pohon dan bambu. Mbak Gita beberapa kali
jatuh terpeleset haha. Alhamdulillahnya yang lainnya sih aman-aman saja.
Ini adalah foto-foto kami saat melakukan pengukuran benar-benar di tengah gawir sesar Lembang. Waktu itu Rainy yang mengoperasikan alatnya. Jadi kami gantian gitu geng sebagai operator alat |
Kita berhenti di tengah-tengah lereng karena memang disini titik pengukurannya. Kita benar-benar ngukur di tengah-tengah lereng dan hutan coy. Enak tapi, karena adem. Setelah selesai, kita turun kembali. Nah, waktu perjalanan turun ini, kami mencari jalan yang agak enakan istilahnya. Aku sama Maryam terpisah dengan orang-orang yang lain karena mau mencari jalan yang lebih enak. Ternyata sama saja sih, gak nemu-nemu. Malah aku sama Maryam ketemu turunan yang agak susah kayanya kalau mau diturunin dengan berdiri, apalagi aku bawa alat. Daripada alatnya rusak, alatnya aku taruh depan badan dan aku merosot, sedangkan Maryam, berusaha pelan-pelan tapi malah kepeleset dengan indahnya hahahaha.
Bukti kalo Maryam jatuh, kertas pengukuran jadi lecek dan kotor hehe
Setelah kami
bertemu dengan anak-anak lain, kami kembali ditemukan dengan turunan yang tidak
bersahabat dan Maryam lagi-lagi terpeleset haha. Sampai kertas buat mencatat
hasil kami kotor semua kena tanah haha. Oiya lupa nih, selama pengukuran, kami
selalu bertemu dengan ulat bulu. Nggak tau sih, emang lagi musim apa emang kami
yang terlalu manis sehingga ulat bulu pada datang (perasaan semut yang suka manis ya?). Nah sekarang kita sudah
dibawah lereng. Kami mau menuju titik pengukuran terakhir yang berada di lereng
juga, tapi bagian bawah dan dapat diakses melalui jalan dekat rumah penduduk. Jadi kita
melewati rumah penduduk dan sampai di titik pengukuran. Di titik pengukuran
ini, terdapat pohon bambu yang letaknya tidak stabil, mau jatuh ke arah bawah
lereng dan mengenai rumah penduduk. Namun, oleh penduduk ditahan oleh tali yang
diikatkan ke pohon-pohon yang lebih kuat. Dari sini dapat dilihat bahwa
penduduk ini tinggal di daerah yang bahaya. Selain karena berada di atas sumber gempa, lereng curam ini dapat longsor kapanpun serta gempabumi dapat mengguncang tempat
ini kapanpun.
Oke, pengukuran graviti selesai, sisa magnet yang belum. Pak Teguh meminta salah satu
orang menemani ke pos observasi agar Pak Teguh bisa bersiap-siap terlebih
dahulu sebelum pulang ke Jakarta. Akhirnya, aku menemani pak Teguh. Sesampainya
di pos observasi, pak Teguh langsung bersiap-siap untuk pulang. Sebelum sholat
Jum’at, pak Teguh sudah bertolak ke Stasiun Bandung untuk pulang ke Jakarta.
Nah, rombongan kelompokku yang ketinggalan tadi, ternyata mereka pulang-pulang
membawa jajan yang banyak. Mereka beli jajan dulu di depan SD yang ada di dekat
sana. Lalu kita makan bersama di guest house jajannya sembari
bersiap-siap untuk sholat Jum’at. Oh iya, aku gak tau siapa waktu itu yang bawa
ya, pokoknya ada yogurt banyak juga kami makan bersama.
Tak lama, masjid
sudah mulai mengumandangkan ayat-ayat pertanda kita harus segera berangkat ke
masjid. The boys segera bersiap dan berangkat ke masjid. Ini pertama
kalinya aku ke masjid di Bandung dan enak banget ternyata. Masjidnya penuh
dengan masyarakat setempat dan kami nyelip diantara mereka. Semua dari kami
pakai baju korsa ITG. Tak lama, sholat dimulai. Setelah selesai, kami kembali
ke basecamp. Masih banyak waktu kan ya? Ngapain? Ngerjakan persiapan
presentasi dong. Acara hari ini agak beda soalnya. Presentasinya dilaksanakan
sore hari. Kenapa? Nanti ku kasih tau hehe.
Namun, siang
itu, alih-alih menyiapkan presentasi, banyak yang tidur malah. Wajar, karena
jarang-jarang ada waktu kosong seperti ini. Tapi aku tidak seperti mereka eya,
aku mending menikmati waktu karena jarang-jarang ke Bandung dengan acara seasik
ini. Aku memilih untuk menikmati udara Lembang selepas hujan yang agak dingin
tapi tetap nyaman. Tentunya sembari menyiapkan presentasi. Enggak tau kenapa
ya, waktu itu kerasa lama banget siangnya, aku merasa udah bosan tapi gak datang-datang
juga waktu presentasinya.
Setelah jam
menunjukkan pukul 3 sore, akhirnya kami bersiap-siap sholat ashar dan menuju
pos observasi untuk melaksanakan presentasi hasil PKL hari ini. Alhamdulillah,
presentasi kami lancar di hari terakhir kami melaksanakan pengukuran lapangan
ini. Semua kegiatan telah kami laksanakan dengan baik dan hasilnya
alhamdulillah memuaskan walaupun belum bisa dibilang layak dipublikasi
hasilnya. Namun, paling enggak, kami semua belajar kali ini bagaimana
melaksanakan pengukuran atau survei dengan baik dan benar. Sore itu kami diuji
oleh Pak Iman, Bu Ayu, dan Bu Andini. Alhamdulillah, pembina ini bawaannya asik-asik
sehingga kami juga tidak merasakan beban apa-apa di hari “hampir” terakhir ini.
Presentasi bersama pembina sore itu
Setelah 2 jam
melaksankan presentasi, bergantian, akhirnya presentasi diakhiri. Kami melanjutkan kegiatan dengan menyiapkan acara penutup di malam ini, yaitu
bakar-bakar jagung. Kami bilang kepada pembina yang ada, untuk ikut acara kami
malam ini. Kita bersenda gurau, berkumpul, merajut persaudaraan (apaan sih)
bareng-bareng di guesthouse pos observasi Lembang. Tentunya pembina juga
tertarik dengan ajakan ini. Mereka juga kesini ikut pengukuran, ikut jalan
selama kami PKL, tentunya juga tertarik dengan acara santai seperti ini.
Oke, karena
pembina setuju, kami segera mempersiapkan tempat. Guesthouse yang sangat
berantakan karena kami, kami rapikan semuanya. Gazebo tempat kami biasanya
nongkrong juga dirapikan, dibersihkan. Karpet kami gelar di selasar gazebo,
tempat pembakaran jagung disiapkan dibawah gazebo. Selepas maghrib, kami masih
mempersiapkan semuanya, termasuk saus, apa yang mau dibakar, dan minuman.
Selepas isya, kita memulai pembakaran (kok serem sih jadinya wkwk). Ardi selaku
komandan bakar-bakar ban jagung kali ini. Urusan seperti ini emang
serahkan ke Ardi. Dia multitalenta bahkan hampir bisa segalanya dan
kalau sudah kerja, tolong jangan diganggu (almost for real).
Beberapa taruna
membantu Ardi bakar-bakar. Taruni juga beberapa ada yang nimbrung. Sisanya ada
yang membantu mengupas jagung yang masih tersisa, mempersiapkan makanan lainnya
dan sekadar mengobrol. Aku mikir, untung saja waktu itu aku ngide buat adakan
acara seperti ini. Kalau enggak, dimana letak core memory-nya PKL ini,
terutama untuk aku sendiri.
Tim nonton ajah hahaha |
Pukul 7.30
WIB-an, pembina mulai diundang untuk datang ke guesthouse. Ya, walaupun
belum selesai semua, tapi paling gak, kita bincang-bincang aja dulu hehe.
Pembina kami persilahkan untuk duduk menunggu di gazebo sembari
berbincang-bincang dengan beberapa taruna/i. Kalau gak salah waktu itu yang
ngajak ngobrol pembina itu Mbak Gita, Bintang, sama siapa lagi agak lupa.
Kalau aku sih, asik nontonin mereka yang sedang bakar-bakar hehe.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 8.30, 1 jam sejak pembina didatangkan. Tapi makanan utama
kami, jagung, belum selesai dibakar semuanya, baru sebagian. Kami merasa tidak
enak dengan pembina karena harus menunggu selama ini. Akhirnya diambil jalan
pintas, eh solusi, untuk memotong-motong jagungnya menjadi setengah bagian biar cukup untuk semua orang
yang ada. Kecuali untuk pembina, kami bonuskan jadi satu porsi tetap.
Oke, dengan solusi ini semuanya kebagian, walau cuma setengah. Jagung ini mulai
kami bagi-bagi dalam piring. Setelah terbagi rata, kami memulai acara inti.
Acara malam
keakraban kali ini dimulai dengan penyampaian nasihat, sambutan, dan sejenisnya
oleh pembina. Baik Pak Iman, maupun Bu Ayu. Mereka menyampaikan kesan dan pesan
yang didapat dari acara PKL ini. Bu Ayu juga sekaligus kilas balik, PKL zaman
beliau dulu bagaimana dan seperti apa. Selanjutnya, kami juga menyampaikan
kesan dan pesan, cerita-cerita selama PKL seperti apa, serta apa saja yang kami
dapat dari PKL ini. Bagi aku, PKL kali ini, walau ilmu itu berharga sekali ya,
tapi memori kebersamaannya jauh lebih berharga kali ini. Kapan lagi kami dapat
kesempatan belajar sekaligus menguatkan bounding seperti ini. Sungguh
awal tahun yang sangat baik bagi aku dan sangat bersyukur diberi kesempatan
ini.
(Eh ada aku) saatnya makan-makan dimulai!
Setelah selesai,
kami lanjut ke menghabiskan makan-makan dan berfoto. Susah banget mau foto,
karena pencahayaan yang kurang mendukung, sehingga harus dengan trik-trik dan
berkali-kali untuk dapat foto yang bagus. Foto ini akan menjadi salah satu foto
terbaik, dengan pakaian terbaik, dan keadaan dan cerita
yang terbaik. Selepas ini, kami mengantarkan pembina untuk pulang ke hotel dan beres-beres.
Padahal jagung kami masih banyak.
Foto bersama, tanda selesainya PKL kami!
Setelah
beres-beres selesai. Kita menutup acara PKL kami lagi sendiri. Disini kita
saling berterimakasih atas waktunya dan segala yang ada di masa PKL kali ini.
Gak terasa, 5 hari bersama-sama terasa sangat singkat ternyata. Setelah itu,
seperti biasa, kita pulang. Namun, kami yang taruna gak langsung pulang ke penginapan.
Kami ke (gak tau daerah mana) buat ngopi-ngopi dulu. Aku ingat itu jam 12-an
sudah dan kami ke tempat ngopi yang ada di dekat kebun teh arah Subang. Rame
ternyata disini, gak sepi. Aku memesan coklat saja kali ini, karena tidak suka
kopi (untuk sekarang). Selepas kami merasa hangat kembali, kami pulang ke
penginapan untuk beristirahat.
The boys di warung pinggir jalan
Terima kasih
teman-teman telah sama-sama mensukseskan acara penutupan yang epik!
0 Comments