Advertisement

Responsive Advertisement

Eastrip Bagian 8: Kembali ke Jember

Salah satu hal penting dalam perjalanan adalah berpulang.

 

-- Sabtu, 22 Februari 2020 --

Pagi hari, aku bangun karena sudah tidak tahan dengan gerahnya udara dan nyamuk yang tak henti-hentinya meneror kulit dan telingaku. Salah satu momen paling bikin stressselama perjalanan ini kayanya. Gak tau kenapa tapi aku dan nyamuk punya hubungan yang sangat buruk sejak kecil hahaha. Waktu itu jam sepertinya masih menunjukkan pukul 3 pagi. Aku tidak tahan lagi sudah dengan teror nyamuk ini namun aku tidak mampu mengusir mereka maupun mempercepat jalannya waktu menuju siang agar nyamuk ini segera kembali ke sarangnya.

Tapi lambat laun, waktu terus berjalan hingga waktu subuh datang. Kala itu, kami melaksanakan sholat bersama orang-orang yang datang satu-persatu ke masjid. Setelah sholat, orang-orang kembali ke rumahnya. Sementara kami, bersiap hendak melaksanakan perjalanan pulang ke Jember. Waktu itu, pukul 5.00 kira-kira, langit masih gelap, namun tidak terlihat adanya awan yang akan menemani aktivitas kami hari ini. Yups! Langit begitu cerah ketika kami mengakhiri perjalanan, mendukung kami untuk segera menyudahi perjalanan kami.

Setelah segala persiapan dilaksanakan, akhirnya kami berangkat meninggalkan masjid yang sudah menjadi suaka kami selama semalam. Masjid yang dengan sangat baiknya memberi kami makanan dan tempat berlindung di malam hari dan diberi teman lagi, NYAMUK! Kok sepertinya aku dendam banget sama nyamuk ya? (tuh kan diulang) Wajar sih, aku pernah punya pengalaman pahit dengan nyamuk (tuh diulang lagi). Aku pernah kena DBD selama seminggu di rumah sakit pada tahun 2019 lalu. Di waktu yang hampir sama dimana perjalanan ini dilakukan. Oke skip.

Lagi-lagi, kali ini Ditto yang menyetir. Entah kenapa dia suka sekali menyetir. Kami melewati pasar, Genteng, dan akhirnya sampai di suatu tempat yang aku gak tahu namanya. Motor kami masih melaju. Tapi, kok aku rasa motor kami semakin menepi ke kiri? Sedangkan jalan ini adalah belokan ke kanan. Aku bingung, apa yang terjadi? Sampai ternyata tiba-tiba, motor kami mengalami belokan yang mendadak, Ditto terhentak. Apa yang terjadi? Ternyata Ditto ngantuk dan memejamkan matanya sebentar. Namun yang terjadi, kami hampir saja dikena celaka akibat kesalahan tadi. INGAT! KALAU KALIAN SUDAH TIDAK KUAT, JANGAN MEMAKSAKAN! Untung saja tidak terjadi apa-apa dan kami melanjutkan perjalanan kami.

Berbagai daerah sudah kami lewati sampai pada akhirnya kami sampai di jalan Gumitir. Jalan ini terkenal akan belokannya yang meliuk-liuk menyesuaikan dengan medannya yang berupa perbukitan. Dua tahun yang lalu aku lewat sini malam-malam, banyak sekali orang tua mengemis di pinggir jalan. Kini, ternyata keadaannya masih sama. Namun, yang berbeda adalah ternyata jalan ini gak terlalu menyeramkan juga. Tidak seperti kesan yang aku dapat dua tahun yang lalu. Justru enak lewat sini karena udaranya sejuk. Oh iya, mengerikannya sih karena banyak terdapat pohon-pohon besar yang bisa jatuh kapan saja.

Akhirnya kami melewati jalan tersebut dan kami sampai dimana kanan kiri kami adalah hutan pinus. Tiba-tiba saja, Ditto menepi. Kali ini dengan sengaja. Ia bilang bahwa ia sudah tidak kuat menahan kantuk dan ingin beristirahat di jok belakang. Akhirnya aku yang tidak mudah ngantuk kalau perjalanan menggantikannya sampai ke Jember. Sudah dekat sih ini, sudah masuk Jember kok. Kami melewati Sempolan, desa-desa yang aku gak tahu lagi namanya, sampai akhirnya sampai di Pakusari dan lanjut ke kota. Akhirnya, kami sampai di rumah pada pukul 07.30-an.

Sampai di rumah, kami bersalaman dengan Mbah Mun dan membersihkan diri kami. Kami juga memisahkan pakaian kotor yang hendak dicuci. Lalu kami segera memakan sarapan dan karena kami sudah lelah sekali, kami tidur setelah itu.

-

Siang hari menjelang dzuhur, aku terbangun. Tubuh masih terasa capek. Tapi aku merasa ingin melakukan sesuatu. Akhirnya, aku memutuskan untuk ke alun-alun mencari rujak cingur. Ditto yang ternyata sudah terbangun juga, ingin ikut. Akhirnya kami berangkat bersama. Sebenarnya sih acara utamanya bukan mau ke alun-alun. Tapi mau mengembalikan kompor dan nesting yang kami sewa. Berhubung setelah itu juga gak ada kerjaan, akhirnya kami memutuskan untuk ke alun-alun. Nah biar di alun-alun juga ada kerjaan, kami beli makanan. Kebetulan, aku waktu itu lagi pingin rujak cingur. Kami beli ke orang yang jualan di dekat Gladak Kembar, lalu kami bawa ke alun-alun.

Di alun-alun, kami duduk di sisi barat yang dekat dengan Masjid Al-Amin. Saat kami duduk, tiba-tiba ada dua orang datang dan bertanya-tanya tentang apa saja yang bisa dilakukan di Jember. Ternyata, mereka berasal dari Jogja dan sedang berkunjung ke tempat kerja suaminya di Jember. Aku kasih tahulah apa saja yang ada di Jember (setahuku hehe). Ia berkata bahwa sekarang musim hujan dan mulai kemarin katanya hujan, sehingga gak sempat kemana-mana. Kalian tahu gak? Seketika juga awan tiba-tiba datang dan hujan deras terjadi habis salah satu dari mereka menyebutkan hujan!

Tak lama setelah semua makanan dibuka, hujan datang

Aku dan Ditto panik, karena makanan kami sudah terbuka dan kemana kami bisa berteduh. Akhirnya kami berteduh di sekolah yang ada di dekat alun-alun sana dan menghabiskan makanan kami. Setelah makanan kami habis dan hujan reda, kami kembali ke rumah dan kembali istirahat. Gak tahu ya, lelahnya karena perjalanan gak habis-habis perasaan.

 

-- Minggu, 23 Februari 2020 --

Hari ini adalah, lagi-lagi, hari kosong. Kami gak ada rencana mau kemana-mana. Oh ada, ke Universitas Jember untuk menggarap laporan PKL. Tapi setelah itu mau apa lagi? Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Kebun Renteng. Kebun Renteng ini adalah (kalau gak salah) salah satu kebun PTPN yang memproduksi kopi dan kakao. Daerah ini juga merupakan Puslit (Pusat Penelitian) Kopi dan Kakao di Jember. Kalau ke Jember bolehlah coba kalian mampir kesini.

Lokasinya terletak di Kecamatan Jenggawah dan menurutku sih tidak terlalu jauh dari pusat kota Jember. Dari jalan besar, kalian bisa masuk sekitar 5 km untuk sampai di daerah kebunnya. Begitu masuk ke daerah kebun, kanan kiri jalan semuanya pepohonan kakao. Sampai di parkiran, kalian akan dikenakan tarif yang murah (tapi lupa berapa) dan bisa menikmati kegiatan daerah Puslit yang sejuk ini. Disini terdapat beberapa hal yang bisa kalian lakukan. Berbelanja coklat dan kopi di sentra penjualan atau menaiki kereta kelinci untuk keliling kebun. Tapi disini aku dan Ditto hanya berkunjung ke sentra penjualan.

Sentra penjualan ini menjual kopi dan coklat yang ada diproduksi di perkebunan ini. Terdapat banyak jenis coklat dengan berbagai ukuran. Begitu juga kopi, terdapat dalam berbagai jenis varian dan ukuran. Namun, aku tidak suka kopi, sehingga aku hanya beli coklat. Ditto memesan minuman disini sedangkan aku tidak. Aku hanya membuka laptop dan mengerjakan laporan PKL lagi hahaha. Setelah minuman tersebut habis, aku segera mengambil coklat yang aku butuhkan dan menitipkan ke Ditto untuk dibayar ke kasir. Setelah selesai kami pulang ke Jember lagi.

Sore itu agenda telah selesai, dan hari itu, adalah hari terakhir Ditto di Jember. Ia akan kembali ke Jogja esok Senin dengan kereta Sri Tanjung. Karena masih ingin menghabiskan waktu, aku memutuskan untuk mengajaknya ke suatu tempat di Bondowoso yang pernah aku datangi dan aku suka tempatnya. Ia menyetujuinya dan kami benar-benar langsung berangkat. Karena perjalanan kali ini didasarkan oleh kenekatan, jadi kami kurang perhitungan.

Lokasi tempat ini ada di Grujugan, lewat jalan masuk di sebelahnya Pondok Al-Ishlah. Nah pas kami sudah sampai cukup kedalam, ternyata kabut turun dan hari sudah mulai gelap. Daripada memaksakan, aku akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perjalanan dan kembali pulang. Kami kembali menuju Jember dan kira-kira sampai di Jember setelah maghrib. Malam kami tak banyak dihabiskan dengan kegiatan. Ditto beres-beres barang untuk pulang sedangkan aku hanya beristirahat.

Bersambung.

Post a Comment

0 Comments