Advertisement

Responsive Advertisement

A Quick Day

 - Senin - Selasa, 22 - 23 November 2022 -

Hari ini diawali dengan keraguan. Mama menanyakan rencanaku akan kemana. Aku jawab kalau aku ingin ke Bogor, main dengan Bintang di sela-sela waktu yang sedikit ini. Tapi jauhnya rumah dia dan bingung hendak melakukan apa disana membuat aku ragu. Kesempatan tak akan datang dua kali. Selagi ada waktu, manfaatkan dengan baik. Atas dasar itu, aku membulatkan rencanaku. Jam 9 aku berangkat dari Pondok Ranji dan jam 11-an sampai di stasiun daerah Bogor. 30 menit setelahnya, aku sudah sampai di Stasiun Bogor dan dijemput oleh Bintang. Kami masih tidak tahu hendak apa setelah ini.

Akhirnya dia membawaku minum es sekoteng di hari yang puanas pol ini. Bogor tidak sedingin itu bray! Penjualnya ada di dekat Kebun Raya Bogor. Semangkuknya dihargai 15.000 dan rasanya gak kaleng-kaleng, berhasil melegakan dahaga di siang bolong yang sangat panas ini. Oleh karena itu, tempat ini ramai dengan orang dan kata Bintang, memang ini yang jadi primadona untuk hidangan es sekoteng. Kami tidak kebagian tempat duduk sampai-sampai harus duduk di pot bunga pinggiran jalan.

Lanjut, kami masih tidak tahu akan kemana setelah ini. Aku bilang ke rumah dia saja kalau gitu. Kami melewati suatu jembatan yang cukup tinggi yang mana di puncaknya kita bisa melihat Gunung Salak, dengan bantuan cuaca yang cerah juga tentunya. Sementara Gunung Gede Pangrango masih agak ketutupan. Jadi pingin naik gunung deh setelah sekian lama tidak naik gunung (padahal baru 1 bulan-an). Singkat cerita, kami sampai di rumah Bintang.

Ternyata masih sama ya seperti 2020 dulu, waktu beberapa anak kelas-termasuk aku- kesini untuk liburan singkat selama 1 hari. Tidak banyak yang berubah kecuali pagar rumahnya yang sudah jadi serta jalan yang sudah mulus. Sampai sana aku merasa capek. Perjalanan jauh menuju rumahnya saat matahari sedang terik-teriknya menghabiskan tenaga. Tapi masa mampir ke rumahnya cuma mau tidur? Akhirnya kami berbincang-bincang sembari makan siang. Kebetulan orang tuanya tidak ada karena sedang jaga cucu di BSD. Banyak yang kami bincangkan, dari A sampai Z harus diceritakan dan tidak terasa sore tiba.

Oh iya, sebelum aku berangkat ke rumah Bintang, aku sudah selesai mengemas semua barang-barang kosku yang akan dikargokan ke Kalimantan. Selama di jalan aku terus berhubungan dengan pihak ekspedisi yang dijadwalkan akan menjemput paket kargonya hari ini. Jam 2-an, sewaktu aku dan Bintang sudah mendekati rumahnya, pihak ekspedisi menghubungi jikalau mereka sudah berada di depan kosku. Aku mengabari mamaku dan beliau menerima mereka dan alhamdulillah prosesnya lancar. Oiya, waktu itu aku juga membantu mengirimkan barang-barang Izharu dan Dendi. Aku selesaikan semuanya di hari itu agar esoknya aku tidak kepikiran apa-apa lagi. Selain itu, aku juga sudah membereskan barang-barang yang akan aku bawa sendiri saat pulang ke Kalimantan. Praktis, aku bisa menikmati waktu dengan Bintang karena tidak ada tanggungan apa-apa lagi.

Oke, kembali ke rumah Bintang. Aku bertanya ke Mamaku apakah mau berangkat ke Jogja malam ini. Memang, aku dan Mama berencana ingin ke Jogja. Ya sebenarnya Mama yang pingin banget sih karena lama gak kesana dan mau berkunjung ke keluarga yang sudah lama tidak bertemu. Mama ragu dengan ajakanku karena hari sudah sore dan aku masih di Bogor. Mama juga belum packing, tiket masih belum dibeli, dan kami berdua belum tes antigen. Aku tenangkan dan jelaskan ke Mama kalau satu persatu semuanya bisa dilakukan dalam beberapa jam. Yang paling penting itu tiket keretanya masih ada. Akhirnya Mama setuju dan aku segera membeli tiketnya.

Kalau sudah jelas begini, jadi jelas selanjutnya mau ngapain. Aku bilang ke Mama untuk minta tolong Tante Yulis antar ke tempat tes antigen terdekat dan segera packing. Sekarang aku sedang menunggu waktu Maghrib datang. Setelah maghrib, kami keluar dari rumah Bintang. Kami menuju suatu klinik didepannya IPB untuk tes antigen. Setelah 15 menit, tesnya selesai dan alhamdulillah hasilnya negatif. Kemudian, kami makan Soto Surabaya di pinggiran IPB. Ditanya enak atau nggaknya, menurutku semua makanan itu enak atau enak banget sih.

Setelah makan, kami bertolak ke stasiun. Kami melewati pasar induk yang ramai jika tengah malam karena para petani membawa hasil buminya. Aku jadi teringat kenangan di 2020 lalu dimana kami ke pasar induk ini untuk membeli beberapa bahan untuk dibakar. Tidak lama dari situ, kami sampai di stasiun. Aku turun dari motor dan memberikan perpisahan dengan Bintang. Oke, what a nice last meeting, see you again very soon when the time is good.

Masuk stasiun, aku naik kereta, tertidur dan terbangun saat di Manggarai. Berganti kereta menuju Pondok Ranji dan sampai jam 9-an. “Waduh malam sekali sudah”, pikirku. Sebenarnya lelah, tapi masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan di kos, merapikan barang bawaan yang masih belum masuk di tas. Aku lawan rasa lelah dan lanjut perjalanan menuju kos. Sampai di kos, Mama sudah merapikan kos dan menyisakan barang-barang kos yang tidak perlu dibawa pulang lagi.

Aku lanjut meringkas barang-barangku yang masih diluar tadi. Setelah 1 jam, aku selesai. Kemudian, aku istirahat beberapa lama karena benar-benar lelah. Setelah itu, aku mandi dan menyelesaikan persiapan terakhir. Akhirnya selesai sekitar pukul 11.30-an. Segera aku pesan Gocar untuk mengantar kami ke Stasiun Pasar Senen. Setelah 30 menit tanpa hasil, akhirnya saat tengah malam kami baru dapat. Pukul 00.15, kami berangkat. Lagi, aku merasa sedih harus meninggalkan kos beserta segala kenangan hangatnya selama 4 tahun ini. Yap, aku tidak pernah pindah kos selama berkuliah.



Selamat tinggal Mega 21! Kos yang aku huni selama 4 tahun di STMKG yang penuh dengan cerita aneh-aneh. Semoga seiring dengan waktu berjalan, kenanganmu tidak akan aku lupakan.

Mobil terus berjalan melewati tengah malam Jakarta yang masih cukup ramai. Kota ini tak pernah berhenti berdetak dengan aktivitas yang menjaga kota besar ini hidup. Sampai di Sudirman, aku melihat gedung-gedung pencakar langit yang masih hidup melalui jendela mobil. Lagi dan lagi, merasa sedih karena benar-benar sedang dalam perjalanan mengakhiri masa-masa kuliah yang indah, masa-masa menjadi anak muda, di hari ini. Menghadapi masa depan yang abu-abu. Apakah akan menyenangkan seperti masa kuliah, ataukah sebaliknya? Tapi masa depan itu menakutkan, hanya ketika kita terlalu memikirkannya.

Sepanjang jalan aku sedih, sementara Mama tertidur lelap karena kelelahan. Satu jam berlalu, kami sampai di Stasiun Pasar Senen. Kami menurunkan barang dan mencari tempat duduk yang agak longgar agar bisa menaruh barang serta kami bisa beristirahat dengan enak. Kenyataannya sih susah untuk istirahat di tempat ramai seperti ini. Tapi tetap saja, aku dan Mama memaksakan diri untuk tidur dan jaga bergantian sembari menunggu keberangkatan kami dengan kereta Bengawan di jam 6 pagi.

Inti dari bagian ini, begitu banyak kenangan yang terungkap dan kejadian yang membuat sedih dalam satu hari. Selamat jalan untuk Jakarta, STMKG, semua kenangan semasa kuliah, Bintang, dan semuanya yang baik-baik. Terima kasih telah menghiasi empat tahunku dengan baik dan indah. Semoga kenangan indahnya bisa terawat dengan baik.

Post a Comment

0 Comments