Advertisement

Responsive Advertisement

Pulang ke Kalimantan

 - Sabtu, 27 November 2022 -

Hari ini adalah awal mula perjalanan pulang ke Kalimantan. Setelah tiga bulan penuh aku berada di Pulau Jawa dan semua yang aku rindukan selama di Jawa sudah terlaksana. Jalan-jalan ke berbagai tempat, tinggal di Jakarta, ditambah dengan wisuda, rasanya tidak ada lagi yang bisa dilakukan disini. Sekarang adalah saatnya pulang. Setelah berunding dengan Mama, akhirnya diputuskan jika hari ini, kami akan pulang. Rencananya, kami akan naik kereta Pasundan ke Surabaya dan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat dari Bandara Juanda. Kenapa harus kereta Pasundan? Gak kereta lainnya?

Jadi, kereta ini beranjak dari Jogja sekitar habis Isya’ dan sampai di Surabaya tengah malam. Tengah malam ini masih bisa kami gunakan untuk istirahat di stasiun sebelum melanjutkan penerbangan di pagi harinya. Selain itu, kami menggunakan kereta Pasundan agar bisa bareng dengan Dendi yang berangkat dari Tasikmalaya. Dia akan ikut ke Kalimantan, ingin jalan-jalan katanya. Kurang kerjaan banget ya dari Jawa main-main ke Kalimantan. Tapi Dendi bilang kepingin. Nah, ada drama yang menegangkan berkaitan dengan dirinya.

Dia berangkat dari rumahnya dengan bis antar kecamatan pukul 9 pagi. Perjalanan dengan bis akan memakan waktu cukup lama, sehingga harus berangkat cukup pagi. Selain jalanan yang menantang, bis harus menaik dan turunkan penumpang. Oke, perjalanan masih berjalan lancar. Dia berangkat selagi aku masih tur keliling Pantai Selatan Jogja. Sejam kemudian dia mengabari kalau bis yang dinaiki terlampau lambat pergerakannya. Banyak berhenti dengan durasi yang cukup lama. Akhirnya dia panik ketika waktu sudah menunjukkan setengah 11 siang dan dia masih sampai di Salopa, kediaman kakaknya. Daripada risiko, dia memutuskan untuk turun dan meminjam motor kakaknya untuk lanjut ke stasiun.

Tidak ada notifikasi WhatsApp darinya setelah dia mengabari kalau sudah berangkat. Beberapa jam kemudian, ia mengirimiku foto dirinya di dalam kereta. Wasyukurillah dia masih bisa jalan-jalan ke Kalimantan. Padahal tadi sudah terpikir untuk beli tiket kereta premium yang berangkat lebih sore agar tetap bisa berangkat dengan harga yang lebih mahal. Sayang uangnya sih. Pasrah jadi jalan akhir, kalau memang belum kesempatan, ya sudah tidak apa-apa. Eh, ternyata takdir dia mengunjungi Kalimantan, walaupun dengan sedikit drama biar perjalanannya gak lempeng aja gitu kan.

Pukul 5 sore, aku dan Mama sudah di Stasiun Lempuyangan. Kami diantar oleh supirnya Bude Umi. Bude Umi tidak dapat mengantar ke stasiun karena harus menemani suaminya kontrol kesehatan di rumah sakit dan kami berpamitan disana. Kami menurunkan barang-barang yang beranak-pinak ini keluar dari mobil untuk kami bawa semuanya sendiri ke dalam stasiun. Orang Indonesia kan terbiasa membawa banyak barang hahaha. Bahkan kadang saat menggunakan motor.

Adzan Maghrib berkumandang saat kami masih menunggu kereta yang dijadwalkan akan tiba setelah maghrib. Mendekati waktu tiba, tidak ada tanda-tanda dia akan datang. Aku berinisiatif untuk ibadah terlebih dahulu. Daripada harus ibadah di kereta yang tidak enak tempatnya. Baru saja hendak mengambil wudhu, keretanya datang. Sontak aku langsung kembali ke tempat tunggu semula, menghampiri Mama yang sudah siap mengangkat barang-barang kami. Drama kedua yang membuatku merasa lelah sekali dan banyak berkeringat.

Kami masuk ke dalam gerbong dengan bawaan level mau pindah kos. Akhirnya kami menemukan tempat duduk kami yang terletak di buritan kereta. Perpindahan kami tidak susah karena gerbong yang kosong. Saat jumpa dengan Dendi, aku tertawa teringat dramanya siang ini. Kami duduk, makan, beristirahat, dan tak banyak lagi yang kami lakukan karena kelelahan.

Singkat cerita, kami sampai di Stasiun Surabaya Gubeng tengah malam. Suasananya sepi, hanya ada beberapa orang yang (mungkin) sama seperti kami, menunggu keberangkatan kereta di pagi hari. Persis seperti waktu itu aku mau ke Jember, kami mengambil tempat untuk menaruh barang dan istirahat kembali. Istirahatku tidak nyenyak karena sudah lama istirahat di kereta dan tidur di kursi stasiun terasa kurang nyaman. Jadi aku mengisi waktu dengan bermain ponsel sembari menghubungi Izharu yang tidak kunjung mengangkat telepon genggamnya.

Yap, sebelum di stasiun, aku bilang ke Izharu untuk menemuiku di stasiun. Dia mau, sekaligus silaturahmi dengan orang tuaku. Namun entah kenapa ia tak kunjung datang, padahal waktu semakin pagi. Akhirnya, sekitar pukul 3 pagi, dia menjawab panggilanku. “Aku ketiduran” katanya. Dia lalu segera berangkat menuju stasiun dan 15 menit kemudian sampai. Ternyata kita bertemu lagi disini setelah kukira tidak akan bertemu lagi setelah dari Jember kemarin. Dia yang melihat ada Dendi di sebelahku terkejut, tidak tahu jika Dendi hendak main-main ke Kalimantan. Kami ngobrol hingga tak terasa, azan Subuh berkumandang.

Ketemu lagi ternyata sama dia setelah 1 jam nelpon gak diangkat-angkat haha

Selepas ibadah, kami memesan mobil menuju Bandara Juanda. Alhamdulillah, tidak lama, kami dapat. Kami bawa lagi barang-barang kami yang sangat banyak ini ke depan stasiun. Setelah naik, kami segera dibawa melewati heningnya jalanan Surabaya di pagi hari. Izharu juga ikut, sekaligus pulang ke rumahnya karena ada keperluan. Setelah satu jam, kami sampai di bandara terbesar kedua di Indonesia ini dengan keadaan yang sudah ramai. Walaupun Covid-19 masih ada, kuantitas pelaku perjalanan udara seperti tidak ada bedanya dengan hari-hari biasa.

Kami segera masuk dan melakukan perpisahan dengan Izharu. Pertama, kami verifikasi hasil tes antigen. Karena kami menggunakan tes antigen dari KAI dan tidak terhubung dengan PeduliLindungi, jadi kami harus verifikasi manual yang antreannya cukup panjang. Jika terhubung padahal bisa dengan hanya dipindai dengan mesin dan prosesnya lebih cepat walaupun antreannya sama-sama panjang. Kurang lebih setelah 15 menit, hasil tes kami dinyatakan valid oleh petugas dan diperbolehkan untuk masuk ke ruang check-in.

Di ruang check-in, masih belum ada layar yang menunjukkan kode penerbangan kami. Jadi kami santai saja. Kami pikir check in akan dibuka 1 jam sebelum penerbangan. Sudah 1 jam sebelum penerbangan, kok masih tidak ada ya kode penerbangan kami. Hanya ada penerbangan menuju Palembang, dan tujuan lainnya yang bukan Banjarmasin. Tapi, banyak sekali orang yang mengantre di dua loket tersebut. Akhirnya, kami memberanikan diri untuk bertanya kepada satpam dan ternyata satpam itu bilang, “Jangan hiraukan tulisannya! Check in aja terserah di konter yang mana. Kalau nunggu nanti bakal ketinggalan.”

Kaget dong dengan sistem check in seperti ini. Agak semrawut gak sih? Yaudah, akhirnya kami mengantre sekitar 20 menit dan kemudian berhasil check in. Barang seabrek yang kami bertiga bawa tidak melebihi kapasitas bagasi yang kami punya. Masalahnya ada di tripod yang aku bawa di samping kerir.  Eh ditolak oleh pihak bandara kecuali dibungkus dengan plastik. Oke, aku bungkus dengan plastik yang layanannya ada di dekat konter check in. Membagongkannya adalah tripod 30.000-an ini dibungkus dengan plastik seharga 60.000. Tapi tapi tapi, ya sudah, yang penting cepat sampai di ruang tunggu karena keberangkatan makin dekat.

Sampai di ruang keberangkatan dengan nafas yang ngos-ngosan karena harus jalan cepat mengejar waktu. Mana ruang tunggu kami ada di ujung yang jauh dengan pintu masuk ruang tunggu. Tak lama, kami masuk ke pesawat, lepas landas, dan 40 menit kemudian, kami sudah turun di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru. Setelah 3 bulan menggelandang di Pulau Jawa, aku kembali ke kampung halaman, ke rumah lagi. Dan yang paling ditunggu adalah, akhirnya bisa melihat bocah kecil dengan rambut batok kelapa, Farhan lagi!


Pemandangan Arjuno-Welirang dan Penanggungan dari Bandara Juanda

Kami langsung memasuki mobil dan pulang ke rumah. Selama perjalanan, langit tidak cerah sama sekali, tidak menyambut Dendi dengan baik hehe. Di tengah jalan, justru hujan malah makin deras. Kami makan di Tepi Danau dan lanjut perjalanan pulang ke rumah. Sampai di rumah, tidak banyak yang dilakukan kecuali bersih-bersih setelah perjalanan panjang, tanpa mandi yang membuat badan terasa begitu lengket.

***

Karena ini adalah seri terakhir dari perjalanan di Jawa di 2021, saya mau spill pengeluaran saya selama perjalanan (buat catatan pribadi aja sih):



Post a Comment

0 Comments