- Suatu hari di Rumah Adi -
Here goes the template, hari itu
survei libur dan aku hanya diam
dirumah Adi sementara Adi entah
keluar kemana. Kalau
tidak salah sih, mengantar
Simbah-nya vaksin. Aku mandi pagi karena gerah. Selesai mandi, aku membuka
ponsel dan membaca pesan WhatsApp yang mengejutkan. Salah satu panitia Wisuda Sarjana Terapan Angkatan 2017 dari angkatan 2018, mengabarkan bahwa adanya
kemungkinan wisuda dengan mekanisme campuran atau hybrid, sebagian daring dan sebagian luring. Lagi-lagi karena
masih pandemi Covid-19 dan BMKG sebagai institusi pemerintahan, wajib mematuhi
anjuran pemerintah.
Sebelumnya, kami sudah
mengadakan temu pendapat dimana angkatan kami mengungkapkan keinginan untuk
wisuda luring bersama-sama,
semuanya. Bahkan kami menawarkan solusi tanpa orang tua untuk mengurangi
kerumunan. Namun, usulan kami tidak bisa dikabulkan karena mungkin dinilai
masih menimbulkan banyak kerumuman. Pembicaraan ini sudah dibahas cukup lama, mungkin satu bulan
sebelumnya, ketika aku masih di rumah Dendi.
Kembali ke diriku yang sedang di Jogja. Panitia lalu menanyakan
kesediaan kami dan para orang tua. Apakah tidak keberatan karena biaya dan hal
lainnya? Sontak, aku mengabarkan hal ini ke orang tuaku. Tentu saja jawabannya
tidak keberatan. Aku yakin, anak-anak peserta wisuda lainnya juga tidak
keberatan. Oh iya, aku lupa menjelaskan. Mekanisme hybrid ini adalah
lulusan terbaik dari masing-masing program studi yang berkesempatan untuk
wisuda luring sedangkan sisanya ikut daring seperti tahun sebelumnya.
Kendati daring, kami sangat memohon dan memberi masukan agar
pelaksanaannya jauh lebih baik dari tahun kemarin. Aku secara pribadi juga
merasakan bahwa wisuda tahun kemarin masih kurang terkonsep dengan baik. Tapi maklum
juga karena pelaksanaan pertama yang mungkin masih kurang referensi. Apalagi
daring, ya mau gimana-gimanapun, suasananya gak akan jauh dari rapat daring dengan
Zoom atau Google Meet.
-
Suatu hari lainnya di Jogja -
Kalau tidak salah, hari itu aku dan Adi sedang di
lapangan, entah survei ANT atau geologi. Tiba-tiba ada pesan WhatsApp masuk
yang mengabarkan jika usulan wisuda hybrid disetujui. Senang bukan kepalang
rasanya karena kepulangan ke Kalimantan jadi diundur. Padahal, rencanaku
selepas dari Jogja ini aku akan ke Jakarta dan pulang ke Kalimantan karena sudah
dekat dengan waktu wisuda. Hari itu terasa sangat indah karena penantian yang
terkabul. Namun, di satu sisi aku juga sedih karena momen ini kurang lengkap
tanpa kehadiran teman-teman satu angkatan.
Singkat cerita, waktuku di Jogja kali ini berakhir. Setelah
menyelesaikan survei terakhir, aku berpamitan dengan semua tim survei ANT,
keluarganya Adi, dan pulang ke Jakarta pada malam hari. Aku menaiki kereta
Bengawan yang perjalanannya terasa lama dan membosankan karena dalam tiga bulan
terakhir, aku selalu dalam perjalanan. Singkat cerita, setelah sampai di Pasar
Senen, aku langsung naik KRL menuju Pondok Ranji dan selanjutnya ke kos.
Sampai di kos, seperti biasa, kotor karena lama tidak
ditempati. Aku bersihkan, karena masih ada waktu kurang lebih satu minggu
sebelum memasuki pekan wisuda. Di minggu itulah aku dan orang tua mempersiapkan
keberangkatan mereka. Kami sepakat bahwa orang tuaku akan berangkat pada Sabtu
pekan ini ke Surabaya dulu dan mampir ke Jember sebentar. Senin minggu
selanjutnya baru ke Jakarta. Rencana ini masih sesuai dengan estimasi
pelaksanaan wisuda yaitu pada Kamis, 18 November 2022.
Segala komunikasi dengan panitia juga masih berlangsung.
Persiapan ini dan itu dilaksanakan. Aku melanjutkan hidup seperti biasa di
pekan itu (dramatis sekali ~). Dan tidak usah panjang lebar ya, kita lanjutkan
di bagian selanjutnya.
0 Comments