Advertisement

Responsive Advertisement

Wisuda – Bagian 2

 - Beberapa hari sebelumnya -

Aku sudah lebih dulu di Pondok Betung, sendirian di kos selama beberapa hari. Hari Minggu, Dendi datang. Kami datang beberapa hari sebelum wisuda untuk mengikuti gladi selama dua hari. Orang tua Dendi akan datang hari Rabu, sedangkan orang tuaku akan datang hari Selasa. Selama masa tunggu ini, kami hanya menikmati kegabutan di kos-kosan. Eh, ada sih satu kegiatan kami waktu itu, tapi tidak untuk diceritakan hehe. Langsung aja ke hari-H gladi ya.

 

- Selasa, 16 November 2022 -

Hari gladi pertama. Sekaligus hari kedatangan orang tuaku ke Jakarta. Orang tuaku berangkat dari Jember dengan kereta Sri Tanjung Senin pagi dan sampai Jogja malamnya. Lalu langsung lanjut dengan kereta Bengawan dari Jogja dan sampai di Pasar Senen Selasa pagi. Berhubung aku ada kegiatan gladi, aku minta tolong tanteku untuk menemani orang tuaku ke Pondok Betung. Gladi dimulai jam 8 pagi. Kami berangkat dari Pondok Betung menggunakan KRL ke Tanah Abang sekitar jam 5.30. Beberapa menit menunggu, akhirnya tanteku yang naik satu kereta di belakang kami sampai. Ojek daring menjadi pilihan kami untuk menuju Pasar Senen. Alhamdulillah, sampai Pasar Senen, kereta orang tuaku ternyata masih belum datang.

Setelah beberapa menit, keretanya tiba. Rombongan penumpang keluar dari pintu kedatangan. Disanalah akhirnya aku melihat orang tuaku kembali setelah terpisah selama beberapa bulan selama aku di Jawa. Senang sekali bisa melihat mereka sampai di Jakarta untuk menghadiri wisudaku. Yang mana jadi impian mamaku yang pingin banget wisuda di Jakarta. Kami melepas rindu sejenak di ruang tunggu stasiun. Disanalah orang tuaku berkenalan dengan Dendi, yang rumahnya kujadikan wisma selama seminggu hehe.

Lepas itu, kami sarapan bersama dan berpisah setelahnya. Mama, Ayah, dan Tante Yulis menuju kosnya Tante Yulis di Pondok Ranji, sedangkan aku dan Dendi menuju BMKG Pusat. Oiya, hari itu rasanya beruntung banget karena aku punya banyak voucher Gojek. Pakai Gocar maupun Gojek kena murah terus. Dari Tanah Abang ke Pasar Senen pakai mobil cuma bayar Rp. 10.000 dan dari Pasar Senen ke BMKG Pusat cuma bayar Rp. 2.000, alhamdulillah.

Sampai di BMKG Pusat, kami hubungi anak-anak peserta wisuda lainnya. Ada Aberta dari Klimatologi, Wandes dan Fahmi dari Instrumentasi. Mereka tidak menjawab dan kami coba cari tempat duduk di depan kantin. Eh ternyata disebelahku, tapi di dalam kantin, kebetulan ada Fahmi. Kami lantas masuk dan berbincang-bincang sembari menunggu Aberta dan Wandes yang tak lama juga datang. Mereka semua menginap di sekitar BMKG Pusat, tidak seperti kami yang memilih untuk kos di Pondok Betung. Karena kami semua sudah berkumpul, kami lanjut menuju Auditorium BMKG.

Di Auditorium, belum ada siapa-siapa. Kami menunggu arahan selanjutnya seperti apa. Panitia juga masih bersiap-siap. Kemudian panitia mengarahkan kami untuk tes swab antigen sebelum memasuki ruangan auditorium. Kami dites satu-persatu dan diperbolehkan masuk ruangan jika hasilnya negatif. Info yang kudapatkan ternyata tes ini merupakan protokol berkegiatan di auditorium selama pandemi. Diingat-ingat, terakhir kali masuk auditorium tahun 2019, saat wisuda angkatan 2015.

Singkat cerita akhirnya acara gladi dimulai. Acara gladi dimulai sembari EO (event organizer) terus mengatur properti yaitu panggung, tata letak, latar belakang, dan juga Zoom yang akan digunakan untuk peserta daring. Latihan kami dimulai dengan pengaturan tata letak atau posisi kami selama prosesi berlangsung, blocking lebih tepatnya. Kami berada di tengah-tengah auditorium, menghadap meja kedudukan segenap petinggi BMKG. Beberapa kamera menyoroti kami dari berbagai sudut. Kami membelakangi layar besar auditorium yang akan digunakan untuk menampilkan Zoom sebagai ruangan virtual.

Selain tata letak, kami juga latihan baris-berbaris sebagai bagian dari protokol kedinasan. Sudah lama tidak bergerak secara teratur, patah-patah dan berirama begini. Rasanya aneh sekali, tapi lama-kelamaan terbiasa. Oh iya, salah satu bagian acara adalah pengucapan Ikrar Wisudawan yang mana aku dipilih sebagai pengikrarnya, karena posisiku di tengah barisan. Awalnya aku menolak, tapi ya apa boleh buat tidak ada opsi lain. Aku terima sembari gugup-gugup pas pertama kali latihan.

Acara gladi ini lagi-lagi, tentunya mematuhi protokol kesehatan. Masker terus digunakan selama di dalam ruangan. Walaupun ruangannya adem karena ber-AC, tetap saja terasa pengap karena tidak bisa nafas secara normal. Acara terus berjalan hingga sore hari dimana acara diakhiri karena sudah terlalu lama kami melakukan gladi dan segala persiapan di hari itu dirasa sudah cukup. Akhirnya aku dan Dendi pulang dengan bis kampus menuju Pondok Betung bersama panitia.

Sampainya di Pondok Betung, kami bersih-bersih dan lekas bersiap untuk menjemput orang tuaku. Tante Yulis memboyong mereka ke suatu cafe di deket STAN. Aku datang kesana dengan Gocar. Di tengah perjalanan, GoCar yang aku naiki sempat dimaki-maki orang karena berhenti ditengah-tengah jalan ramai dan menyebabkan kemacetan. Lucu aja dengar orang-orang memaki dengan semua kosakata kebun binatangnya. Aku juga gak tahu alasan pengemudi ini kok berhenti di tengah jalan. Padahal bisa aja langsung maju kedepan gitu. Hedeuh.

Sampai di cafe-nya, ternyata mereka sudah mulai makan. Aku dan Dendi langsung makan juga. Senang sekali mereka diajak ke tempat ini karena memang jarang keluar jalan-jalan begini. Kami cerita mengenai gladi kami hari itu sembari menyantap seporsi mie. Beberapa menit kemudian, ditengah-tengah kami sedang makan, kami diperingatkan kalau cafe-nya sudah mau tutup. Kami pun segera menuntaskan urusan dan pergi menuju kosnya Tante Yulis. Tak lama di kosnya Tante Yulis, kami pulang menuju kos di Pondok Betung. Setelah sampai, kami istirahat karena kelelahan. Orang tuaku kelelahan akibat perjalanan jauh dari Jember, aku dan Dendi kelelahan karena serangkaian kegiatan dari jam 5.30 tanpa bisa istirahat nyenyak.

 

- Rabu, 17 November 2022 -

Kegiatan hari ini masih sama dengan hari sebelumnya, gladi. Bedanya, hari ini gladi bersih yang dihadiri Bu KB (Kepala BMKG). Kami berangkat sekitar jam 06.30 dari Pondok Betung menggunakan bis kampus menuju Kantor BMKG Pusat. Perjalanan pagi itu cepat sekali, karena masih belum macet dan lewat tol. Dalam 40 menit, kami sudah sampai di BMKG. Menunggu beberapa lama, akhirnya kami mendapatkan panggilan untuk tes antigen. Alhamdulillah hasilnya negatif. Kalau positif gimana ya? Gak jadi wisuda mungkin aku.

Setelah masuk di ruang auditorium, kami menempati tempat yang telah disediakan dan rangkaian acaranya dimulai, masih sama seperti kemarin. Maksudnya adalah masih gladi kotor. Kabarnya sih, gladi bersih akan dimulai di siang hari, menunggu Bu KB ada disana karena sekarang beliau masih dalam perjalanan. Sementara ini, acara masih berjalan seperti biasa. Kami terus memperlancar gerakan agar tugas kami sebagai perwakilan, bisa menampilkan yang terbaik. Gugup sudah mulai bisa dikuasai, tidak seperti hari pertama kemarin. Jangan sampai gara-gara gugup nanti malah merusak agenda. Semua harus berjalan dengan semestinya di wisuda dengan metode campuran pertama kalinya di STMKG.

Semuanya masih berjalan lancar. Hingga tibalah saat yang diagendakan untuk melaksanakan gladi bersih. Ini sudah melewati waktu Dzuhur, namun masih tidak ada tanda-tanda Bu KB datang. Setelah menunggu sangat lama, bahkan hingga setelah Ashar, akhirnya beliau datang. Maklum saja, pejabat tinggi dengan agenda sibuk sehingga pengaturan waktunya juga menjadi susah. Tidak menunggu lama, gladi bersih langsung dimulai. Beberapa penyesuaian kecil dilakukan sesuai dengan arahan dari Bu KB. Tidak mengubah banyak gerak-gerik yang harus kami ingat saat acara berlangsung.

Gladi bersih berakhir menjelang Maghrib. Bu KB melanjutkan agenda beliau dan kami kalau tidak salah gladi kotor sekali lagi. Selepas gladi kotor tersebut, kami pulang ke Pondok Betung dan segera menyiapkan kebutuhan untuk hari esok, hari-H dimana kami akan dilepas oleh STMKG dan diserahkan ke BMKG.




Beberapa dokumentasi saat kami melakukan gladi wisuda pertama dan kedua. Dari kiri ke kanan, Fahmi, Berta, Dendi, saya, dan Wandes.

Post a Comment

0 Comments