- Kamis, 18 November 2022 -
Hari-H wisuda. Dikos kami-yang juga ditempati oleh
keluarga kami-sudah ribut sejak pagi karena persiapan menuju acara. Kamar mandi
yang cuma 2 jadi rebutan 9 orang yang hari itu ada di kos. Untungnya semua bisa
selesai tepat waktu. Seperti kemarin, aku dan Dendi akan naik bus kampus,
sedangkan keluarga kami berdua ikut mobilnya Dendi. Kami berdua berangkat lebih
pagi ke kampus agar tidak ketinggalan bis. Lah, yang kami dapatkan justru kami
yang paling pagi datangnya -_-, bahkan dibandingkan panitia.
Setelah menunggu beberapa lama, kami dapat kabar kalau keluarga
di kos sudah siap dan kebetulan panitia dan supir bis mulai berdatangan. Tak lama,
kami berangkat. Rencananya, keluarga kami akan membuntuti bis kampus. Sehingga
saat kami berangkat, kami kabari keluarga agar segera siap-siap membuntuti. Alhamdulillah
mereka tidak ketinggalan saat kami berpapasan.
Sampai akhirnya kami tiba di daerah Ulujami, bis melaju lumayan
kencang karena mengejar waktu, takut macet, dan juga sudah hafal dengan jalan.
Sementara, mobil Dendi yang berisi rombongan bukan orang Jakarta (semuanya)
tidak dapat mengikuti dan tertinggal di belakang. Saat kami mau masuk tol di
Ciledug, mobil keluarga masih tidak terlihat setelah ditunggu beberapa lama dan
Pak Aang memutuskan untuk meninggalkan. Dari sana, kami berkabar dengan
keluarga melalui WhatsApp saja. Semoga mereka selamat di jalan dan benar-benar
tau jalan menuju BMKG. Paling tidak kan bisa menggunakan bantuan Google Maps.
Ditengah jalan, Dendi berinisiatif untuk berbagi lokasi
secara langsung di WhatsApp dengan kakaknya. Saat kami di pertigaan tol PIK
(itu kali ya namanya), mereka masih di perempatan tol daerah Puri. Kami
meneruskan perjalanan dan saat kami melihat lokasi mereka, kami panik karena
mereka salah ambil jalur saat di pertigaan tol PIK. Mereka belok kiri dan
mengarah ke Bandara Soetta. Setelah 40 menit perjalanan, kami sampai di Kantor
BMKG Pusat, sementara mereka masih mencari jalan keluar dari tol. Mereka baru
berhasil keluar di dekat bandara, yang mana itu sudah terlampau jauh dari
simpangan tadi haha.
Jarum jam masih menunjuk angka 7. Kami berdua masih bisa
kalem lagi, masih bisa berpikir positif mereka akan tiba tepat waktu. Namun, sifat
asli aku yang panikan keluar lagi ketika melihat teman-teman yang lain, Fahmi,
Berta, dan Wandes, sudah datang lengkap dengan orang tuanya. Sementara kami
disini hanya sebatang kara dan mereka masih kesasar di daerah bandara. Dilihat
dari lokasinya yang lama tak bergerak, sepertinya terjebak macet saat hendak
masuk tol. Ternyata benar, orang tuaku mengabari kalau banyak truk besar disana
dan susah buat mereka untuk bergerak.
Setelah 20 menit terjebak macet, akhirnya mobil mereka berhasil
masuk tol lagi dan perjalanan dilanjutkan dengan cukup lancar. Saat waktu sudah
menunjukkan pukul 08.10-an, mereka masih di jalan karena memang jaraknya
lumayan jauh. Mamaku mengirim pesan untuk berdoa agar sampai sana tepat waktu. Membaca
pesan itu, aku semakin deg-deg-an apalagi waktu mulai acara sudah semakin
dekat. Akhirnya, kurang lebih pukul 08.40, mereka sampai di depan Gedung A dan
langsung kami jemput dan antar ke Auditorium dengan sedikit berlari karena
tergesa-gesa. Akhirnya aku berhasil kalem karena keadaan sudah aman. Oke ini
drama pertama. Mereka dimintai hasil tes antigennya dan kemudian dipersilakan
masuk ke auditorium.
Oke, acara tinggal 10 menit lagi. Aku tidak punya waktu
lagi untuk kembali mengingat-ngingat apa saja yang harus dilakukan dan
gerakan-gerakan saat wisuda. Ada sih, tapi daripada aku mengingat-ngingat dalam
keadaan setelah panik, aku lebih memilih untuk menenangkan diri agar tidak
gugup dan berharap ketidak gugupanku membuat aku ingat tentang semuanya saat
gladi bersih. Kamera dibidik, panggung bersih dan siap, semua orang menempati
posisinya dan hitungan mundur dimulai. Momen-momen menegangkan selama beberapa
jam kedepan dimulai.
Detik-detik dimulainya prosesi wisuda |
Awal acara, kami berdiri tegap dengan kursi di belakang
kami. Orang tua kami berada di sayap kanan panggung utama, sedangkan operator
Zoom dan jajaran pejabat STMKG di sayap kiri panggung. Kemudian, jajaran
pejabat BMKG dan Ketua STMKG masuk melalui sayap kanan panggung-melalui orang
tua kami-dengan diiringi protokolnya yang sekarang ini adalah senior-senior
yang lumayan banyak aku tau. Setelah sederet pejabat ini duduk, barulah kami
diperbolehkan duduk.
Selepas itu, ada acara serah terima taruna/i STMKG ke
BMKG oleh Kepala STMKG beserta pembacaan laporan pendidikan kami selama empat
tahun disana. Tidak terasa ya kawan-kawan (eh kerasa sih), suka maupun duka selama
empat tahun di STMKG akhirnya berujung di wisuda ini. Dibacakanlah sedikit
profil kami sebagai perwakilan wisudawan beserta nilai IPK dan nama orang tua
kami. Sangat senang rasanya bisa membuat nama orang tuaku dibacakan dan
didengar oleh segenap orang-orang disini. Walau mereka hanya mendengar namanya
dan tidak tahu persis siapa atau yang mana orang tuaku, itu sudah cukup melantangkan
pernyataan “merekalah yang berhasil membawaku sampai titik ini”.
Acara dilanjutkan dengan prosesi wisuda yang dilakukan
secara simbolis untuk satu angkatan dengan mengalungkan medali STMKG secara
langsung oleh Bu KB kepada para wisudawan perwakilan dengan sedikit modifikasi
dalam tata cara mengingat pandemi masih berlangsung. Satu persatu dari kami
dipanggil kedepan dan memberi hormat kepada jajaran pejabat yang ada di
panggung depan. Lega, akhirnya tahapan yang paling anti salah ini terlewati.
Karena sewaktu gladi, aku pernah lupa untuk menghormati Bu KB karena nge-blank.
Kemudian kami dipersilahkan untuk duduk ke kursi kami kembali.
Prosesi wisuda oleh Kepala BMKG |
Selanjutnya adalah prosesi wisuda teman-teman kami yang
ada di rumah dan hadir secara virtual melalui kanal Zoom bersama keluarganya
masing-masing. Satu-persatu dari 244 teman kami dipanggil namanya dan diwisuda
oleh orang tua masing-masing dengan cara yang sama. Melihat mereka di rumah,
aku merasa terharu karena momen sakral angkatan kami tidak dapat dirayakan secara
langsung bersama-sama disini, lebih tepatnya sedih mungkin ya. Namun, aku
merasakan kehangatan kalian dengan keluarga masing-masing walau hanya melalui
layar kaca. Jujur, aku hampir menangis melihatnya.
Pembacaan Ikrar Wisudawan tahapan acara selanjutnya. Aku memimpin
pembacaan ikrar ini yang diikuti oleh teman-teman di rumah. Intinya, ikrar ini
mengikat para wisudawan pada janji akan bersungguh-sungguh dalam mengabdi
kepada negara melalui BMKG. Selepas itu, Bu KB memberikan amanat yang cukup panjang.
Di tengah-tengah amanat, pinggulku terasa pegal dan sakit karena harus menjaga
postur selama ini. Benar-benar sakit tapi aku harus menahannya karena pejabat
yang lain masih ada di tempat.
Prosesi pembacaan Ikrar Wisudawan yang aku pimpin dan diikuti oleh semua wisudawan di tempat dan rumah masing-masing |
Selesai amanat, acara dilanjutkan dengan pemberiaan
penghargaan gelar kepada para wisudawan berprestasi berdasarkan angka prestasi.
Kebetulan aku juga dapat walaupun jauh sekali selisihnya dengan yang nomor
satu. Tapi tak apa, patut disyukuri. Acara kemudian dilanjutkan dengan
serangkaian acara penutup sebelum jajaran pejabat dipersilahkan untuk kembali
ke dalam kantor melalui sayap kanan panggung. Selesailah rangkaian acara wisuda
ini.
Penganugerahan gelar Karya Cipta Madya yang diberikan kepada beberapa taruna/i yang berprestasi |
Perwakilan wisudawan akhirnya diperbolehkan untuk
menghampiri orang tua masing-masing. Aku memeluk ayah dan ibuku. Dendi menangis
di depan orang tuanya. Sementara aku yang sejak pagi sudah menyiapkan bahan
bakar untuk menangis, gagal emosi terharuku tertutupi oleh rasa pegalnya
pinggangku. Aku diberi beberapa bingkisan oleh orang tua. Setelah itu, kami
berfoto dengan para pejabat maupun khusus dengan orang tua. Aku bertemu dengan
beberapa rekan selama kuliah (junior dan senior) dan berfoto dengan beberapa
dari mereka. Karena masih ada beberapa keperluan, aku memperbolehkan orang
tuaku untuk ke masjid dahulu.
Foto dengan dua junior favoritku dari angkatan 2018, Azwar dan Neng |
Foto dengan para pejabat BMKG |
Hello Georanger! Andaikata kalian berada disini langsung, kupeluk satu-persatu dari kalian sembari mengucapkan selamat, karena kalian semua hebat! |
Foto bersama para wisudawan dan keluarga |
Setelah selesai dengan urusan dan perfotoan di dalam
auditorium, aku keluar menyusul orang tua. Aku ibadah dan berfoto bersama orang
tua di depan Gedung A BMKG setelahnya. Keluarganya Dendi juga melakukan hal
yang sama. Matahari terus menyerang kami dengan panasnya waktu itu. Tapi kami
tetap hajar terus karena jarang-jarang momen seperti ini terjadi. Setelah puas,
kami beristirahat sembari menunggu waktu untuk pulang. Kami pulang dengan
rencana yang sama. Para orang tua akan menggunakan mobilnya Dendi sementara aku
dan Dendi numpang bis kampus.
Dari sekian banyak foto diluar, cuma ini yang bagus. Sisanya kesilauan haha. |
Waktunya pulang tiba. Kalau tidak salah, mobil Dendi
berangkat terlebih dahulu. Berbagi lokasi langsung diaktifkan lagi untuk
melihat apakah mobil tersebut akan nyasar kembali seperti tadi pagi. Eh, benar
saja, baru masuk tol di Ancol, mereka malah belok kanan dan menuju arah JIS
padahal harusnya belok ke kiri. Walhasil mereka jadi di belakang kami karena
harus keluar tol lagi dan masuk ke tol entah lewat pintu sebelah mana.
Kalau tidak salah, mereka juga salah belok lagi untuk
kedua kalinya waktu itu, malah belok ke tol arah Tangerang (haduh). Entah
gimana kelanjutannya aku lupa pokoknya nyasar-nyasar aja terus. Aku dan Dendi
sudah sampai di kampus sebelum maghrib dan menuju MegaMart untuk istirahat.
Lepas dari MegaMart, setelah azan maghrib, kami pulang jalan dan baru bertemu
dengan mobil mereka yang melewati kami. Alhamdulillah akhirnya sampai
juga di Pondok Betung dengan segala drama kesasarnya. Dan itulah sekian cerita
mengenai wisuda kami yang dipenuhi dengan cerita lucu.
0 Comments