- Apa yang terjadi di Januari dan Februari? -
Januari aku sedang rehat dari dunia kerja. Yup, aku mengambil cuti cukup lama untuk pulang kampung dan mendekat dengan keluargaku kembali. Pas banget setelah tes IELTS di Desember, besok harinya aku bertolak ke Surabaya untuk pulang. Kepulanganku itu pun sempat ditunda 2 kali karena jadwal tes IELTS yang bertabrakan terus. Singkatnya, aku sedang santai menikmati Pelaihari yang sudah aku tinggalkan kurang lebih selama 7 bulan. Tapi tiba-tiba …
Gue liburan gais ~ |
Pusdiklat mengajak kami-para pegawai PGT-yang sudah punya IELTS untuk mendaftar di beasiswa Fulbright yang buka paling pertama di tahun itu. Beasiswa Fulbright ini adalah beasiswa yang dikelola oleh organisasi American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) untuk orang Indonesia yang ingin menempuh pendidikan pascasarjana di Amerika Serikat. Yup, tujuannya hanya universitas-universitas di Amerika Serikat yang merupakan negara impian yang pingin sekali aku kunjungi. Tentunya, New York yang menjadi impianku sejak kecil dulu.
Awalnya, aku sangat malas untuk ikut, karena rencanaku di tahun ini adalah untuk menemukan dulu apa yang ingin aku teliti dan universitas mana yang cocok untukku. Tapi, waktu kadaluarsa sertifikat IELTS semakin lama kan semakin habis dan rasanya sayang kalau gak segera digunakan. Lagipula, apakah dengan mendaftar di kesempatan selanjutnya akan menjamin besarnya kesempatan untuk lolos? Enggak juga kan? Akhirnya dengan berbagai pemikiran, aku bulatkan tekad untuk mencoba di kesempatan ini. Siapa tahu rezekinya sudah ada di kesempatan ini dan SAYANG BANGET KAN kalau dibuang-buang. Ingat, kadang kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya.
Sumber: Facebook AMINEF/Fulbright Indonesia |
Mulailah
pengembaraanku dalam pendaftaran beasiswa. Aku ulik-ulik mengenai beasiswa ini
di laman resmi mereka (https://www.aminef.or.id/grants-for-indonesians/fulbright-programs/scholarship/fulbright-masters-degree-scholarship/). Daftar persyaratannya adalah
sebagai berikut. Oiya ini untuk referensi saja, untuk persyaratan terbarunya,
cek laman AMINEF yang terbaru setiap tahunnya ya.
- Formulir pendaftaran - harus diisi dengan diketik. Formatnya PDF, namun bisa diketik dan nanti diakhirnya dicetak.
- Study objective (SO) - esai satu halaman berisi tujuan dan rencana studi kita selama di AS.
- Personal statement (PS) - merupakan cerita mengenai latar belakang dan alasan studi kita.
- A bibliography of your written, published work - daftar tulisan yang pernah kita publikasikan dibentuk dalam bentuk daftar pustaka berbahasa Inggris.
- An academic writing sample - contoh tulisan saintifik sepanjang 1-2 halaman dalam bahasa Inggris.
- Original letters of reference - surat rekomendasi dari siapapun yang menurut kita cocok dalam bentuk cetak dan dikirim langsung ke AMINEF dengan format yangs udah disediakan.
- Copy of academic transcripts - salinan transkrip akademik asli.
- Original translation of academic transcripts - dokumen terjemahan asli dari transkrip akademik.
- Copy of diploma(s) - salinan resmi dari ijazah perguruan tinggi.
- Original translation of diploma(s) - dokumen terjemahan asli dari ijazah perguruan tinggi.
- Copy of standardized test IELTS/TOEFL - salinan sertifikat kedua tes tersebut. Nah untuk Fulbright ini juga menerima sertifikat TOEFL ya ges ya.
- Copy of national ID/KTP/Passport.
- Copy of letter of appointment for faculty member (SK Pengangkatan PNS).
- Curriculum vitae (CV).
Banyak
kan persyaratannya? Yup! Waktu itu, penutupan pendaftarannya diakhir Februari,
yang ternyata diperpanjang hingga awal Maret. Kurang lebih tanggal 21 Januari
2023, aku baru pulang ke Jakarta lagi dan baru mulai mengurus semuanya. Waktu
itu aku masih kos di Kemayoran sehingga pengurusan dokumen-dokumen tidak
terhalang oleh mobilitas. Aku juga segera menjadwalkan bimbingan dengan
Schoters untuk membahas SO, PS, dan CV. Alhamdulillah, aku diberi contoh
oleh mereka dan aku buat saja sesuai dengan contoh yang diberikan.
Secara simultan, aku juga mengerjakan persyaratan-persyaratan lainnya. Academic writing sample aku ambil dari jurnal yang pernah aku publikasikan dari skripsi. Terjemahan dokumen aku kerjakan di suatu lembaga yang SANGAT AKU TIDAK REKOMENDASIKAN, tapi gak akan aku sebut. Karena hasilnya banyak sekali typo, salah nilai, salah nama, dan salah-salah lainnya. Wajar saja untuk meminta kita koreksi kembali agar tidak ada salah, tapi gak sebanyak itu juga kali salahnya hingga aku meragukan kredibilitas mereka. Bahkan pada saat pengambilan dokumen, yang aku ambil langsung biar cepat, masih ada aja salahnya mereka. Parah banget kan -_-. Padahal bayarnya lumayan mahal (kurang lebih setengah juta lho). Oke skip, lagi puasa jangan marah-marah.
Selanjutnya, aku juga mengurus tiga surat rekomendasi. Pertama dari Kepala Pusat, kedua dari Deputi, dan ketiga dari Kepala Pusdiklat. Untuk yang Kepala Pusdiklat itu tambahan dari Pusdiklat dan untuk lebih menguatkan lagi. Karena merekalah Pusat yang berwenang mengenai pendidikan pekerjanya di BMKG. Dan yang paling susah diantara persyaratan-persyaratan itu adalah PS dan SO. Karena membuatnya beneran memeras otak. Aku mau riset apa ya? Setelah lulus aku mau ngapain ya? Kenapa aku pingin kuliah lanjut lagi ya? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang selalu berhasil membuat aku minder ketika membuat esai. Bagiku, pertanyaan-pertanyaan tadi itu krusial dan penanda tujuan hidup kita juga (ya kan?). Makanya harus dipikirkan dengan serius dan benar-benar agar nanti waktu studi kita tau mau ngapain dan studi kita jadi lebih lancar. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan Schoters, akhirnya dua dokumen yang "keramat" itu bisa aku selesaikan.
Hal lain yang cukup bikin aku capek dan jenuh adalah memilih universitas. Aku benar-benar cari-cari dari nol, tanpa pengetahuan apapun. Aku nanya teman-teman di PGT pada daftar apa dan kemudian aku cari-cari informasi mengenai universitasnya. Selain itu, aku juga lihat daftar ranking universitas yang dibuat oleh QS (bukan Qur’an Surah ya, tapi ini https://www.topuniversities.com/world-university-rankings). Walaupun perankingan seperti ini tidak bisa dijadikan acuan pasti, tapi cukup membantu aku untuk tahu universitas apa saja yang punya program studi yang ingin aku tuju. Setelah riset, akhirnya aku putuskan untuk memilih University of California Berkeley, University of Colorado Boulder, University of Wyoming, dan University of Utah, dimana jurusan Geofisikanya ditempuh dalam dua tahun.
By the way, semua pengurusan ini jangan dikira cepat ya. Semua dokumen itu baru bisa aku selesaikan benar-benar di hari deadline. Dan tau dokumen apa yang paling lambat? Terjemahan, si pembuat masalah emang. Semua persyaratan ini jika sudah benar maka dicetak dan dikirim langsung ke kantor AMINEF. It's my personal opinion, disaat apa-apa sekarang sudah daring dan digital, AMINEF masih menggunakan cara konvensional yang mengeluarkan biaya tambahan (?). Tapi untungnya, waktu itu Pusdiklat dengan AMINEF mengambil langsung berkas-berkas kami di BMKG. Deadline yang diberikan oleh Pusdiklat adalah pada tengah hari dan aku mengumpulkannya pada tengah hari lebih satu jam. Aku terus kontak-kontakan dengan PIC dari Pusdiklat agar tidak ditinggal dan alhamdulillah, semua selesai pada waktunya (bukan tepat waktu) di 15 Februari. Oke selesai perjuangan Fulbright ini pada pertengahan Februari, tinggal menunggu pengumuman dari seleksi administrasi.
Berkas pendaftaran Fulbrightku |
- Apa lagi yang terjadi di Januari dan Februari? -
Eh, ada lagi gais yang terjadi di dua bulan ini. Cukup "sempoyongan" di dua bulan awal 2023 ini diakibatkan mendaftar di dua beasiswa. Setelah selesai dengan Fulbright, aku mencoba mendaftar di beasiswa Manaaki New Zealand Scholarship (MNZS, https://www.nzscholarships.govt.nz/category/). Beasiswa ini khusus untuk berkuliah di Selandia Baru (NZ) dari pemerintah negara tersebut dan hanya untuk universitas-universitas tertentu yang masuk dalam daftar mereka. Hampir sama dengan Fulbright, beasiswa ini dibuka di awal tahun dan tutup pada akhir Februari.
Motivasi awal aku untuk coba beasiswa ini adalah karena NZ adalah satu negara yang menurutku, damai untuk belajar. Melihat video-video di internet, sepertinya study-life balance bisa didapatkan di sana (re: negaranya cantik, jadi bakal mudah untuk escape kalau kita capek belajar). Selain itu, kualitas pendidikan di sana juga bagus dan ada orang BMKG yang sudah jadi alumni dari NZ. Okelah, mantap akhirnya aku coba beasiswa ini, memperbesar peluang aku kuliah di tahun 2023.
Sumber: Al Fanar Media |
Sejak pertengahan Februari, aku mulai persiapan untuk beasiswa
ini. Semua tahapan dilakukan secara daring di laman yang disediakan oleh
mereka. Cek saja laman resmi MNZS untuk lihat formulir pendaftaran daringnya
ya. Takutnya tiap tahun berubah-ubah kan. Nah, di laman pendaftaran itu, kita
diminta untuk mengisi:
- Personal details - berisi nama, surel, dan TTL.
- Proposed study programme - disarankan untuk diisi dengan dua universitas yang berbeda, program studi boleh sama atau berbeda. Oiya, panitia memiliki daftar program studi yang menjadi prioritas mereka dan masing-masing negara beda-beda daftarnya sesuai dengan kebutuhan negara tersebut. Bisa dicek disini https://www.nzscholarships.govt.nz/research-study-subjects-for-asian-students/.
- Study history - kita juga diminta untuk menyebutkan gelar, periode studi, nama universitas, penghargaan, dan publikasi.
- Work history - berisi posisi, nama tempat kerja, durasi kerja, deskripsi pekerjaan, dan deskripsi tanggung jawab spesifik kita.
- Esai Development Relevance - seputar apa yang ingin kita dapat dari studi, mengapa studi ini penting untuk negara, dan bagaimana cara kita memanfaatkan apa yang didapat dari studi untuk kontribusi ke negara asal.
- Esai Relationship Management - temanya mengenai kemampuan kita dalam mengembangkan koneksi yang bisa jadi penting untuk pekerjaan atau studi kita kedepannya.
- Esai Self Drive - mendeskripsikan suatu waktu dimana kita harus memotivasi diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan, tanpa bantuan siapapun.
- Esai Studying Overseas - mengulik alasan kita kenapa memilih NZ sebagai negara tujuan studi dan bagaimana cara kita mempersiapkan diri untuk studi.
Secara keseluruhan, pendaftaran beasiswa ini lebih mudah karena persyaratannya semuanya elektronik, tidak perlu dicetak. Oleh karena itu, dengan modal nekat 100%, selama 2-3 minggu aku berhasil mempersiapkan semua yang aku butuhkan. Esai aku cuplik-cuplik dari esai Fulbright dan aku minta koreksikan ke Schoters secara rutin. Selain itu, pada pendaftaran kali ini, aku bareng dengan teman-teman kelasku. Waktu itu ada Uni, Adi, dan Maryam yang juga ikut mendaftar dan di hari terakhir pendaftaran, kita sama-sama menyerahkan berkas kita.
Memilih universitas di NZ ini lebih mudah karena pilihannya lebih terbatas daripada di AS. Dari daftar yang disediakan oleh MNZS, aku cari-cari universitas mana yang ada jurusan Geofisikanya. Jujur saja, berselancar di laman universitas-universitas di NZ itu sangat mudah. Struktur laman universitasnya baik dan informasi yang detail, lengkap, membuat kita mudah dalam mencari informasi yang diinginkan. Dari informasi dasar, jurusan, hingga ke mata kuliah yang tersedia, semuanya aku riset. Akhirnya, pilihanku jatuh pada Geophysics di Victoria University of Wellington dan University of Otago.
Selanjutnya, setelah selesai pendaftaran, beristirahat karena otakku cukup terperas memikirkan esai-esai yang butuh ide-ide cemerlang. Terima kasih atas semua perjuangannya, untuk diriku.
Surel dari MNZS setelah menyelesaikan pendaftaran |
0 Comments