Bonus (?), bayaran maksudnya? Itu nanti, yang ini bukan itu (ini bukan itu?). Jadi selama
kami survei kan kami menemukan banyak tempat baru ya. Nah, banyak dari tempat baru ini yang pemandangannya indah banget dan belum pernah aku lihat. Di bagian ini aku
mau menceritakan beberapa tanggal dimana aku dapat bonus-bonus survei yang
indah dipandang.
1. 04 Februari 2022
Hari
itu, kita survei geologi di berbagai tempat di sekitaran Kali Oyo dan berakhir
di suatu desa di daerah Selopamioro. Masuk ke desa ini, kami melewati gapura SPN dan
terus ke bawah hingga benar-benar ke desa paling bawah. Kami bertanya-tanya
mengenai lokasi yang kami maksud dan diarahkan penduduk ke suatu tempat yang
katanya dulu mau dibuat tempat wisata. Sampai disana, tempatnya merupakan anak
kali Oyo yang kanan kirinya itu bukit. Aliran sungai disini membuat parit yang
cukup dalam disekitaran air terjun yang tidak terlalu tinggi. Banyak warga yang
sedang mancing disini.
Pemandangan menyejukkan sore itu. |
Terdapat
sumber mata air yang dulu katanya juga mau dibuat perusahaan air minum gitu.
Tapi dilihat-lihat, gak ada perusahaan apa-apa disana. Kita akhirnya mencari singkapan yang ada
disana dan ditemukan di lereng bukit yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari
tempat kami parkir mobil. Bagusnya disini sih karena bukitnya dihadapkan ke
sinar matahari sore. Pohon jati yang menutupi bukit tersebut terlihat
menenangkan diri yang sudah lumayan kelelahan survei hingga sore.
2. 20 Februari 2022
Waktu
itu aku survei dengan Mas Ucup dan Mbak Yana, teman S2 Mas Ucup yang pingin
tahu survei geofisika itu seperti apa. Waktu kami berangkat, kurang lebih jam 07.30-an,
udara masih sedikit lembab akibat hujan di malam harinya. Titik yang kami
dapatkan hari itu adalah di sekitar Pundong dan antara Jl. Parangtritis dan Jl.
Samas. Kami menuju Pundong terlebih dahulu. Titik pertama berada di pematang
sawah yang terletak dibawah pegunungan formasi Wonosari. Sempat gerimis
sebentar waktu itu.
Kemudian
kami berlanjut ke titik kedua yang ada dipinggir Jl. Kretek Siluk. Disini kami
memakan camilan yang kami beli di Pasar Pundong. Setelah 40 menit-an, kami
pindah titik lagi semakin ke barat. Kebetulan dapat titik di pinggir sawah
lagi. Kami menunggu survei di sebuah gubuk dengan pemandangan padi yang lumayan
tinggi dan di kejauhan, terlihat perbukitan formasi Wonosari. Dengan cuaca yang
masih sendu ini, rasanya pas sekali berada disini mendengarkan mas Ucup
menjelaskan ini dan itu ke mbak Yana.
Disinilah Mbak Yana dapat les dari Mas Ucup tentang ini itu (hahaha). |
Titik
selanjutnya, kami semakin ke barat mendekati Kali Opak. Kali ini berada di
kebun halaman rumah penduduk. Kebetulan penduduk tersebut adalah Kakek Nenek
penyintas Gempa Jogja 2006. Mereka banyak bercerita mengenai gempa
tersebut dan bagaimana rumah mereka sendiri tidak rusak sedangkan sekelilingnya rusak.
Ternyata rumah beliau ada di tanah yang memang keras sedangkan sekelilingnya
tanah lunak. Selesai survei, kami diberi oleh-oleh jeruk besar-besar satu
kresek. Matur sembah suwun nggih Mbah.
Kami lanjut lagi ke titik yang semakin dekat dengan Kali Opak. Kali ini titiknya di tengah-tengah kebun penduduk. Aku ingat disana sedang ditanami cabe. Tidak ada orang disana, sehingga kami survei langsung saja. Setelah survei, kami keluar ke jalan besar dan mencari tempat makan. Kami makan di kedai dekat dengan Jembatan Kretek I. Tadinya mau di bebek tempat langganan, tapi kok tutup. Ya sudah kami makan di kedai mie ayam. Setelah itu kita ibadah dan lanjut survei.
Kali
ini sudah di sebelah barat Kali Opak dan kami menyisir titik survei dengan mengarah ke timur. Aku
udah cukup lupa detailnya kaya gimana. Cuma waktu itu dapat titik di sawah dan
kebetulan sedang musim panen. Wah, kuning padi di siang hari ini kelihatan
indah sekali. Ada mesin yang digunakan untuk merontokkan padi di pinggir jalan
yang sedang beroperasi sehingga kami harus mengambil titik di tengah sawah
tadi. Untungnya ada teduh-teduhan. Sumpah ini pemandangannya bagus banget.
Ngelihat ke utara, Merapi kelihatan cukup jelas. Ngelihat ke timur, pegunungan
formasi Wonosari. Padinya kuning semua lagi (maaf aku ulang hehe). Setelah itu,
kami berpindah lagi.
Pemandangan tengah sawah di Pundong. |
Pindahnya gak terlalu jauh. Kali ini agak dekat dengan jalan, namun sudah bebas gangguan getaran jalan. Masih di tengah-tengah sawah. Kami menunggu di tengah-tengah sawah. Walau gak ada teduhan, langit sedang gak terlalu panas untungnya. Waktu itu sudah masuk sholat Asar, bisa dibilang cukup sore. Aku melihat bapak-bapak pulang dari sawah menggunakan sepeda dengan santainya. Huu sangat mendamaikan hati melihatnya. Titik selanjutnya tak jauh dari sana di pematang parit yang berupa semen. Untungnya paritnya sih gak ada airnya. Tapi kocaknya, tiba-tiba banget ada nenek-nenek pulang dari sawah lewat parit itu. Ya sudah lah ya (menangis dalam senyuman).
Titik
terakhir kami di hari itu benar-benar dekat dengan Kali Opak. Aku ingatnya ada
di bawah-bawah bambu gitu. Tempat terakhir ini benar-benar gak enak. Selain
tempatnya yang singup karena dibawah pohon dan mulai sore, juga banyak
nyamuk disana dan waktu itu lagi ada bangkai hewan. Jadi baunya semerbak sekali
(nyinyir). Sementara survei dilaksanakan, aku jalan-jalan ke pinggiran kali dan
baru kali ini melihat Opak secara langsung. Cukup lebar ternyata.
Ini titik terakhir sore itu, benar-benar di bawah bambu kan. |
Pinggiran Kali Opak, gak bagus-bagus amat sih ya. |
3.
21
Februari 2022
Hari ini adalah hari pertama survei HVSR LQ dan LV. Aku survei bersama Izharu dan Mas Taul. Titik yang diplot untuk LQ dan LV ini kebetulan tidak beraturan dan waktu itu kami kedapatan menyurvei daerah Dlingo. Titik pertama kami adalah di perumahan warga di sisi kiri Jl. Dlingo. Tidak ada yang spesial kecuali melihat Makam Raja Imogiri dari jarak dekat (walaupun sebenarnya masih 500 meter kedepan) pertama kalinya.
Titik
kedua kami berada di balik bukit di sebelah kanan Jl. Dlingo. Setelah masuk
sekitar 5 km, akhirnya kami sampai di titik yang dimaksud dan kami masih harus
naik ke lereng bukit yang cukup curam. Tanah yang kami pijaki anehnya cukup
gembur sehingga ketika dipijak, langsung hancur. Disini pemandangannya cukup
bagus. Kami berada di bawah pepohonan pinus dan didepan kami adalah pemandangan
bawah bukit seperti biasa. Setelah 40 menitan, kami menuju titik selanjutnya.
Titik
selanjutnya ini berada di sekitaran Kebun Buah Mangunan, tapi diluar area
wisatanya. Kami mencari jalan menuju titik survei dan mendapatkan rumah orang
untuk tempat parkir. Kebetulan, waktu itu orang tersebut sedang masak-masak
untuk persiapan hajatan. Aku sih waktu itu berharap bakal dikasih makan sama
mereka (hehe). Tentu saja tidak terjadi pemirsa dan kami hanya meminta permisi untuk
melakukan survei. Berjalan sekitar 100 meter dari rumah tersebut, kami sampai
di titik yang dimaksud. Setelah survei, kami mencoba jalan-jalan dan ternyata
malah masuk ke wilayah wisata Kebun Buah Mangunan. Kebetulan sudah waktu makan
siang, kami akhirnya sekalian makan disana. Alhamdulillah, ada healing gratis
setelah survei berapa lama ini.
The star of the show! Kebun Buah Mangunan yang ternyata dekat titik pengukuran! |
Setelah
selesai makan, kami beranjak ke titik selanjutnya yang masih di seputaran
Mangunan ini. Kami sampai di desa yang cukup jauh dari jalan besar dengan jalan
kecil yang licin dan menyeramkan. Setelah itu, kami masih harus berjalan
menaiki perbukitan menuju titik survei yang ada di lereng. Tapi, pemandangannya
dari sini bagus sekali. Dibawah kami adalah Sungai Oyo yang meliuk-liuk dan
depan kami adalah bukit lainnya lagi. Sementara hari sedang panas-panasnya,
kami berteduh di bawah pepohonan yang rindang. Sempat tertidur sebentar selama
disini.
Lembah Sungai Oyo dari perbukitan Mangunan. |
Titik
selanjutnya, kami sampai di sebuah desa dibawahnya Mangunan yang vibes-nya
seperti di Sungai Pinang. Padahal kalau dipikir-pikir sih biasa saja ya. Cuma
waktu itu kerasanya bagus saja sih hehe. Titik selanjutnya adalah di pinggiran
Jl. Dlingo lagi. Namun, kami harus masuk ke kebun karet dan titiknya ada di
belakang kebun karet tersebut. Ternyata di belakang kebun ini adalah persawahan
yang dibuat terasering. Wah enak banget survei disini, kerasanya seperti
istirahat. Aku dan mas Takhul langsung karaokean sepuasnya disini, merayakan
selesainya survei hari ini karena ini adalah titik terakhir kami.
Tempat karaokean dengan mas Takhul. |
4.
22
Februari 2022
Survei
hari ini adalah survei yang lumayan melelahkan karena dimulai dengan hari yang
kurang bagus, mendung. Hari ini, aku survei dengan Mas Anas yang merupakan
pegawai ex. PGN. Banyak sekali beliau cerita mengenai PGN yang ternyata akan
menjadi tempat kerjaku dimasa depan. Oke, singkat cerita, kami berangkat di jam
seperti biasanya menuju titik di sekitaran Dlingo juga. Titik pertama sudah
merupakan tantangan.
Kami sampai di titik pertama dengan keadaan hujan sedang turun cukup deras. Akhirnya kami menunggu di rumah terdekat dan disuguhi teh. Setelah menunggu 30 menit, akhirnya kami memutuskan untuk tetap menuju titik survei karena mau menunggu sampai kapan lagi (?) Kami menaiki jalanan setapak diatas batu yang besar sekali. Benar-benar batu, tidak ada tanahnya sama sekali. Bahkan tidak ada pepohonan diatas batu tersebut, hanya rumput perdu yang juga tidak terlalu banyak. Setelah sampai di titik yang ditentukan, menentukan arah Utara menjadi permasalahan disini. Entah kenapa kompas ponselku, kompas geologi, dan kompas Google Maps tidak menunjukkan arah yang sama! Apakah batuan besar ini mengandung gaya magnet yang besar sehingga bisa mengacaukan navigasi?
Pemandangan dari titik pertama, dimana waktu itu baru selesai hujan sehingga di kejauhan masih terlihat awan tipis diatas dataran tinggi.
Setelah
berunding beberapa lama, akhirnya kami memutuskan arah Utara dengan mengucap bismillah
haha. Karena masih sedikit gerimis, alat kami tutupi dengan jas hujan.
Pemandangan dari sini bagus. Bisa melihat daerah Selopamioro yang berada diatas
bukit dengan puncak yang datar. Setelah dirasa cukup, kami berlanjut ke titik
selanjutnya. Tidak ada yang spesial di titik-titik selanjutnya kecuali di titik
terakhir. Titik terakhir berada di ladang lombok masyarakat yang ada di lereng.
Pemandangan depannya, sama dengan yang di Mangunan, lembah dibawah dan bukit
lagi di depannya. Cukup mengobati lelah hari ini dengan duduk disini menikmati
semilir angin dan tidur menghadap ke langit, melihat awan yang sedang bergerak
cepat tertiup angin yang cukup kencang diatas sana.
Pemandangan dari titik terakhir yang, masyaAllah! |
5.
07 Maret
2022
Agenda hari ini
adalah mengunduh data dari stasiun temporer untuk proyek ANT. Titik yang kami
harus unduh berada di seputaran Klaten. Aku dengan Ardi bertugas hari itu dan
kami berangkat dengan Mas Anas karena beliau sekalian pulang ke Klaten selepas
dinas malam. Perjalanan menuju Klaten cukup cepat. Karena dua orang ini
sama-sama astaghfirullah kalau ngebawa motor. Kuencengnya minta ampun.
Aku yang dibelakang merasa ingin melayang, bahkan helm rasanya sudah bergetar
kena angin yang begitu kencang.
Sebenarnya titik bagusnya cuma di satu tempat saja sih. Waktu itu, kami mau pindah dari titik yang ada di Klaten ke titik yang ada di Jembatan Getas. Nah, kita lewat Tanjakan Clongop. Wah ini tanjakan bener-bener ekstrim sih menurutku. Walaupun pakai Vario 150, masih saja aku agak skeptis. Tapi alhamdulillah kuat. Setelah setengah jalan, ada simpangan yang agak datar dan kami memutuskan berhenti. Untuk mendinginkan mesin dulu juga. Nah dari sini, pemandangannya indah sekali. Klaten yang relatif datar dengan banyak kebun-kebunnya terlihat sangat luas dibawah. Sementara perbukitan Gunung Kidul dengan hutan jati-nya ada di kanan kiri kami. Merapi saat itu cukup kelihatan, hanya saja puncaknya sudah tertutupi awan.
Pemandangan Klaten dari atas tanjakan Clongop. |
Setelah 15 menit berhenti disana, kami beranjak. Kami melewati daerah Gedangsari, lapangan terbang, hingga akhirnya sampai di wilayah Jembatan Getas yang merupakan titik pengunduhan terakhir di hari itu. Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan seperti biasa menuju Stageof.
0 Comments