Advertisement

Responsive Advertisement

Pendahuluan

Salah satu kuburan massal korban Gempa Yogyakarta 2006

Ummm, di bagian pertama seri tulisan ini, aku mau kasih penjelasan umum dulu isi seri ini serta apa aja yang akan dibahas didalamnya. Sebenarnya agak ragu juga mau buat seri ini karena ya ngapain aja gitu. Tapi nggak papa, mumpung lagi libur, mari kita gerakkan jari-jari ini untuk membuat sesuatu yang lebih produktif dan apa salahnya mendokumentasikan kejadian-kejadian hidupku kan. Siang hari kita gunakan untuk ngedit, malam hari kita gunakan untuk membuat tulisan baru. Semoga berkelanjutan ya.

-----

Update: ternyata tulisan ini baru bisa aku edit lagi di 2024! Padahal buatnya sudah mulai 2023 lalu T.T Oke, insyaAllah akan aku tuntaskan tulisan ini. 

-----

 

- Prolog -

Sejak lulus kuliah, sudah lama rasanya tidak menyentuh sesuatu yang berbau  (maksudnya terkait dengan, bukan beneran bau) geofisika. Entah itu pelajaran, tugas, dsb. Semuanya ditinggalkan begitu saja semenjak selesai skripsi. Bilangnya sih ingin rehat dulu dari kesibukan selama kuliah yang ternyata keterusan sampai berbulan-bulan. Oke, hal ini tidak bisa dibiarkan karena takutnya ilmu yang dipelajari selama kuliah akan menguap begitu saja. Aku harus cari suatu kegiatan yang melibatkan geofisika nih. Takutnya, nanti waktu masuk dunia kerja, menyentuh dunia geofisika lagi, jadi linglung. Padahal sih, nyatanya di pekerjaan itu pengalaman juga dominan dibandingkan ilmu yang dipelajari. 

Kebetulan sekali, waktu itu teman "ndagel"-ku, Adi, sedang membantu pegawai Stasiun Geofisika Sleman mengerjakan disertasi S3-nya. Tujuan penelitiannya adalah untuk memetakan Sesar Opak dengan lebih detail menggunakan multi-metode. Metode utamanya adalah tomografi ambient noise (ANT) yang diperkuat dengan metode HVSR dan survei lapangan geologi. Intinya, penelitian ini akan banyak melibatkan kerja di lapangan.

"Waktu yang tepat," pikirku. Aku sedang di Jawa untuk liburan dan tidak ada tujuan lain setelah dari Jember. Kabar yang masih sangat abu-abu mengenai pelaksanaan wisuda menyisakanku banyak waktu luang selama beberapa waktu kedepan. Sinyal-sinyal ini datang begitu saja, betapa hebatnya cara Allah kasih aku kesempatan untuk lebih lama lagi di Jawa. Kesimpulan akhirnya adalah oke Jogja, here I come, again. Walaupun aku tidak tahu bagaimana kerjanya, dan siapa yang akan aku temui, tapi hatiku merasa kalau walaupun ini bakalan melelahkan, tapi juga bakal asyik dan penuh dengan pengalaman.

Aku mengabari Adi mengenai rencana ini. Alhamdulillah, niat baik dibalas dengan kebaikan juga. Ia mengabari bahwa pegawai yang memimpin proyek ini membolehkan, malah justru senang karena mendapatkan tenaga tambahan di lapangan. Semangat sekali rasanya akhirnya mau ke lapangan lagi setelah lama tidak ke lapangan. Terakhir ke lapangan ya waktu PKL di Lembang dulu, sebulan sebelum Covid-19 datang ke Indonesia. Fakta bahwa semester 6 dan 7 yang harusnya melibatkan banyak pekerjaan lapangan, yang justru dilaksanakan dengan daring karena Covid-19, menambah semangatku untuk ikut memberi andil dalam penelitian ini. 

 

- Pertemuan Pertama -

Minggu, 24 Oktober 2021 merupakan hari pertama aku tergabung dalam tim survei. Hari yang harusnya hari libur dan agak santai ini, justru kebalikannya, karena kami tetap ke lapangan. Pagi hari, setelah kami menyantap sarapan, kami berangkat dengan setelan lapangan. Sepatu gunung, baju biru dongker taruna, dan training jadi pakaian sehari-hari sejak saat itu. Tak lupa juga membawa topi biru kesayanganku yang sudah kubawa jalan-jalan kemana-mana. Kurang lebih pukul 07.00, kami berangkat. Pola ini terus berulang selama kami melakukan survei.

Perjalanan menuju Stasiun Geofisika (Stageof) Sleman tidak ditempuh lama, kurang lebih hanya 15 menit. Saat itu, kami menunggu di lobi ruang observasi, dimana hanya ada kami berdua dan pegawai yang sedang shift di dalam ruangan observasi. Setelah beberapa lama, akhirnya mereka mulai datang satu-persatu dan aku lantas berkenalan dengan semuanya. Bu Ayu dan Pak Budi merupakan orang-orang yang "memimpin" proyek ini. Beliau berdua-lah yang sedang menempuh pendidikan S3 di Universitas Gajah Mada. Satu lagi orang yang sangat membantu adalah Mas Yusuf (Ucup) yang sangat handal di bidang teknis (heran deh). Ibaratnya dia juga ikut nyetir seluruh proyek ini.

Tak bisa dipungkiri, aku yang introvert ini merasa canggung sekali saat awal bertemu. Aku lantas merasa sebagai orang yang “sok” alias “ngide” banget mau repot-repot membantu disaat orang lain mungkin malas untuk merepotkan diri sendiri seperti ini. Tapi, ya namanya kata hati pingin jalan-jalan, tapi gak cuma jalan-jalan aja gitu. Aku pingin ke tempat-tempat yang bukan tempat wisata. Melihat tempat-tempat tersembunyi di Jogja yang  tentunya bisa ditemukan saat survei ini.

Kurang lebih gini lah ya pekerjaannya. Naruh alat, nimbun alat, dan memastikan alat aman, lalu ditinggal.

There would always be sweet treats at the end of the day!


- Sekilas Nih Ya -

Umumnya, kami survei dengan menggunakan mobil. Dikarenakan jarak yang ditempuh cukup jauh dari satu titik ke titik selanjutnya. Selain itu, peralatan yang kami bawa juga cukup banyak. Ada beberapa boks yang masing-masing berisikan satu paket alat ANT. Belum lagi cangkul, sekop, dan peralatan lainnya untuk menanam dan mencabut sensor. Satu tim survei biasanya berisi 4 hingga 5 orang dan orangnya bergantian, agar tidak bosan hehe. Jadi memang benar-benar kerja fisik ya selama survei ini. 

Oke mungkin sebagai perkenalan, cukup sampai disini ya. Kita bahas cerita dan inti-nya di bagian selanjutnya saja.

Post a Comment

0 Comments